Mohon tunggu...
Malindo Andhi Saputra Marpaung
Malindo Andhi Saputra Marpaung Mohon Tunggu... konsultan -

Assistant Researcher @ Pusat Studi Infrastruktur (Infrastructure Study Center), Regional Development, Faculty of Geography, Gadjah Mada University. Concern in Political, Social, Economy and Development subject @MalindoAndhi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

AEC 2015, Are We Ready?

4 Oktober 2014   16:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Komunitas ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) akan dimulai kurang lebih 3 bulan dari sekarang, visi negara-negara yang tergabung dalam ASEAN menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia memang bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai, tekanan atas kemajuan China, India, Korea Selatan di Asia membuat negara-negara ASEAN harus lebih aktif membuat konsep ekonomi baru untuk menyaingi negara-negara tersebut. Komunitas Ekonomi ASEAN dianggap sebagai salah satu cara menghadapi kekuatan China dan India, baik dari segi penduduk hingga besaran PDB ASEAN. AEC sendiri bertujan untuk menjadikan ASEAN menjadi resilient, inclusive, competitive dan harmonious (RICH), namun untuk mencapai 4 aspirasi ini terdapat tantangan kunci yang harus diatasi oleh ASEAN.

Key Challenges

Beberapa Tantangan kunci AEC yaitu pertama, meningkatkan stabilitas keuangan dan makroekonomi negara-negara ASEAN. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya krisis dimasa yang akan datang, apalagi jika melihat trend yang terjadi di negara-negara eropa yang silih berganti mengalami krisis ekonomi. Beberapa kebijakan regional yang dapat dilakukan ASEAN dalam rangka meningkatkan stabilitas keuangan dan makroekonomi kawasan diantaranya berupa pengkoordinasian kebijakan keuangan, penguatan mekanisme partisipasi dengan dialog dan kontrol modal di wilayah ASEAN. Tantangan kedua yaitu pemerataan pertumbuhan ekonomi di ASEAN dengan isu utama yaitu tingginya kesenjangan pembangunan antar negara, ketegangan sosial inter dan antar negara, serta masalah deskriminasi. Kebijakan yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan ini berupa penguatan kapasitas sekretariat bersama sebagai jembatan kesenjangan pembangunan, peningkatan koordinasi untuk melakukan asistensi bagi negara yang membutuhkan, serta menciptakan ASEAN Convergence Fund. Tantangan kunci ketiga yaitu Promoting Competitiveness and Innovation, isu yang terkait dengan tantangan ini yaitu pengurangan biaya produksi antar negara, pelaksanaan pembangunan teknologi terbaru serta pemanfaatan pariwisata dan pertanian tropis yang lebih menguntungkan. Untuk mengatasi tantangan ini beberapa kebijakan yang dapat diambil berupa pembentukan ASEAN Competitiveness Institute, ASEAN Tourism Council, ASEAN Rice Authority dan sertifikasi serta standarisasi produk-produk asli ASEAN “Made in ASEAN Product”. Tantangan kunci terakhir yaitu berupa masalah lingkungan yang diberbagai negara dianggap sebagai kontrakdisi dalam pembangunan ekonomi, adapun isu terpenting yaitu permasalahan perubahan iklim, keamanan dan ketersediaan energi serta managemen sumber daya alam serta kelangkaannya. Negara-negara ASEAN dapat melakukukan kebijakan bersama terkait isu ini seperti pemberlakukan pajak lingkungan dalam kebijakan nasional, pengurangan subsidi untuk sumberdaya alam yang dianggap tidak efisien, pelaksanaan green growth dalam strategi pembangunan jangka panjang serta harmonisasi hukum lingkungan di tiap-tiap negara.

Enabling Factors and Policy Options.

Dalam pelaksanaan AEC dibutuhkan kesiapan secara menyeluruh setiap negara, agar nantinya tidak menjadi bumerang bagi negara tersebut. Adapun faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan setiap negara menghadapi AEC ini yaitu faktor berupa financial market, sumber daya manusia, konektivitas serta pemerintahan dalam suatu negara, berikut akan dijelaskan hal yang wajib diperhatikan setiap negara serta bentuk kebijakan yang dapat diambil. Pertama yaitu developing financial market, negara ASEAN harus mulai memikirkan pembangunan pasar yang efisien untuk mendukung sektor-sektor riil yang ada, peningkatan efektifitas keuangan serta peningkatan tabungan regional untuk digunakan sebagai investasi dalam kawasan ASEAN, kebijakan kawasan yang dapat dilaksanakan berupa penciptaan pasar ASEAN yang kuat, pengenalan kepada pembayaran regional serta sistem penyelesaiannya, pengenalan terhadap ASEAN-wise Credit Rating System serta pendirian ASEAN college of Financial Supervisors. Faktor kedua yaitu pembangunan sumberdaya manusia, negara maju pastinya ditentukan oleh sumberdaya yang berkualitas dan unggul. Dalam cakupan ASEAN isu yang mucul yaitu pertumbuhan populasi yang tidak terkontrol, investasi dalam sistem pendidikan untuk peningkatan kualitas manusia serta pergerakan pekerja ASEAN yang terkendali. Faktor ketiga merupakan faktor terpenting mengingat ASEAN terpecah pecah keberadaannya sehingga konektivitas menjadi faktor penting dalam keberhasilan suatu komunitas ekonomi. Beberapa isu penting terkait konektivitas kawasan yaitu kemampuan dan akses berdagang, berwisata dan transit di dalam kawasan ASEAN, penguatan infrastruktur dan pembaharuan fasilitas yang telah tersedia dan penciptaan infrastruktur baru serta meningkatkan konektivitas antar penduduk di ASEAN. Dari ketiga faktor diatas, faktor yang menjadi kunci keberhasilan ketiga faktor tersebut yaitu faktor keempat, pemerintahan yang baik dalam penciptaan aturan hukum, transparasi aturan dan pelaksanaan kontrak yang ada. Kebijakan-kebijakan yang tepat mengatsi beberapa isu pemerintahan diantaranya yaitu dengan mengadaptasi sistem pemerintahan internasional yang terbukti berjalan baik sebagai “best practise”, reformasi birokrasi pemerintahan, pelaksanaan dan adaptasi kebijakan kawasan dan kerangka kerja resmi serta harmonisasi standard dan praktik dalam pemerintahan serta menciptakan ASEAN Competition Authority.

Berkaca pada tujuan, tantangan, faktor penentu serta kebijakan yang telah diuraikan diatas, mungkin ada baiknya diwaktu 3 bulan tersisa ini, kita sebagai bangsa Indonesia intrsopeksi diri, apakah kita siap menghadapi AEC di 2015?. Pada dasaranya keberadaan AEC merupakan suatu harapan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan kesejahteraan kawasan dan secara spesifik negara itu sendiri. Indonesia dengan kurang lebih 250 juta jiwa menjadi taruhan dalam AEC, apakah kita siap dan mampu melaksanakannya, apalagi di tengah gejolak politik yang semakin memanas dan bersifat kepentingan golongan dan kelompok semata bukan negara. Penulis yakin Indonesia bisa dan mampu bersaing dengan satu syarat yaitu bukan sekarang “NOT NOW”, mungkin 15 tahun mendatang di tahun 2030 kita siap dengan catatan mulai sekarang kita perlu berbenah memperbaiki diri di berbagai faktor diatas baik itu pasar, sumberdaya manusia, konektivitas/infrastruktur dan pastinya pemerintahan yang bersih. Bukankah kita ingin menyaingi China, India dan Korea Selatan, lebih baik menunggu dan bersiap daripada hancur ditengah jalan.

Sumber : ASEAN 2030, Toward a Borderless Economic Community. ADBInstitute

If you fail to plan, you plan to fail

@MalindoAndhi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun