Katumpak Tetehe adalah frasa benda dalam bahasa lokal. Khususnya bahasa Bajo di Dusun Mekko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Sengaja dikhususkan karena bahasa Bajo sering mengalami perbedaan sebutan di berbagai wilayah untuk objek tertentu.
Nah frasa yang terdiri dari dua kata ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu jenis makanan. Katumpak (dibaca Katumpa') mempunyai arti ketupat dalam pengertian makanan. Tetehe (dibaca tEtEhE) ialah hewan laut yang memiliki cangkang berbentuk bulat pipih ditumbuhi duri-duri rapuh.Â
Disebut katumpak atau ketupat karena memang Katumpak Tetehe termasuk salah satu jenis ketupat. Pembuatannya sekarang memang memerlukan daun tumbuhan, tetapi tanpa perlu lagi dianyam. Sebab, fungsi dari daun tumbuhan tersebut hanya sebagai penutup cangkang hewan laut yang sudah dilubangi. Justru ketupat versi Bajo itu berciri khusus pada cangkang hewan laut yang mewadahi gumpalan nasinya.
Adapun hewan laut yang dimaksud di sini ialah yang umumnya disebut sebagai landak laut. Salah satu organisme herbivor atau hewan pemakan alga dan lamun. Ada banyak sekali sebetulnya jenis landak laut di perairan Indonesia. Populasinya biasa ditemukan pada dasar laut yang ditumbuhi lamun, karang mati, dan lain sebagainya.
Namun, tidak semua jenis landak laut bisa berlaku menjadi wadah nasi Katumpak Tetehe. Ada faktor-faktor tertentu yang mengharuskan terpilihnya spesies berukuran besar. Yang dalam istilah latin biasa disebut sebagai spesies Tripneustes Gratilla. Orang Bajo di Dusun Mekko menyebutnya dengan Tetehe Sikali.
Hal itu tentu saja membuat banyak orang merasa aneh ketika pertama kali melihat Katumpak Tetehe. Mungkin karena tampilannya yang berbeda dari ketupat lain. Yang mana, ketupat pada umumnya dibungkus menggunakan anyaman daun tumbuhan. Sedangkan ketupat versi Bajo (Katumpak Tetehe) malah terkemas dalam cangkang hewan laut.Â
Sehingga bagi orang yang baru mengonsumsi Katumpak Tetehe akan langsung menggerakkan alis matanya. Tanda bahwa orang tersebut sedang berupaya mengenal rasa baru. Di mana lidah dan otak samar-samar merespon sensasi antara nasi dan gonad Tripneustes Gratilla.
Meski begitu, Katumpak Tetehe memang tak asing lagi di lidah orang Bajo Dusun Mekko.
Suatu kelompok masyarakat yang sudah mengenal Katumpak Tetehe jauh sebelum peradaban milenial ini. Bahkan sejak orang-orang terdahulu mereka masih tinggal di dalam soppek.Â
Perlu dikonfirmasikan pula bahwa soppek merupakan perahu dayung buatan Bajo di zaman dulu. Kendaraan bersejarah bagi orang Bajo Dusun Mekko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur. Sebab, jenis perahu itulah yang pernah digunakan orang-orang terdahulu Bajo Mekko. Berlayar menerabas gelombang dari Sulawesi ke Flores pada empat hingga enam abad yang lalu.