Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Minggu Pertama

22 Juni 2024   19:40 Diperbarui: 22 Juni 2024   19:47 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan malam pun terus berlanjut tanpa
menunggu ia yang linglung berada
di malam Sabtu atau malam Minggu.

Alarm waktu tidur, berbunyi angin
di kejauhan. Disambut suara ombak
yang  sayup-sayup dari dalam perut
karena di luar hujan deras sekali.

Sementara yang punya perut masih terlalu
sibuk dengan persoalan persoalan kaki;
kaki ayam yang membekas di muka batu;
kaki gajah yang melubangi lumpur; kaki
gunung di belakang rumah nenek mantan
pacar; kaki langit yang bergetar-getar
bagai menggigil di lidah para ilmuwan."

"Kaki saya butuh sepatu",  katanya.
Mungkin, agar lebih santai berjalan
Membawa tubuhnya yang kian hari
kian jauh dari pikiran.

Keluar masuk di toko online.
Bolak-balik antara produk lokal dan
produk asing. Geledah sana geledah sini.
Dari label kaya ke label yang paling miskin.
Namun, yang tampil selalu saja sepatu
kuda merk manusia. Maka mulailah ia curiga
meski bahkan pada calon bapak mertuanya.

" Gila benar. Yang dicari sepatu manusia
merk kuda, yang muncul sepatu kuda
merk manusia. Memangnya mau
dipakai untuk menginjak tanaman rakyat?
Menyepak batas-batas tanah penduduk?"

Tapi ia tak sempat mendapat kepastian
Petir lebih dulu tiba merenggut segala
jenis lamunan malam para pecinta
gagal move on.

Handphone di tangan tiba-tiba jatuh bentur
batang hidungnya; hujan di luar sisa gerimis;
bulan yang muncul separuh hati di pinggir
awan melempar pandang ke daun jendela;
dan malam pun terus berlanjut tanpa
menunggu ia yang linglung berada di
malam Sabtu atau malam Minggu.
Segera makan atau segera tidur.

Makan takut berlebihan dan gembrot.
Tidur takut kelewatan sampai mampus.
Semakin memilih, semakin linglung
pula ia antara masih sadar, sudah tidur,
atau memang sedang pingsan.

Mekko 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun