Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semakin Runcing Menggigit Kulit Leher

18 April 2023   00:59 Diperbarui: 18 April 2023   08:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(T & M)

Beralih rupa ini pantai penuh tiang serta temali. Gadis lugu yang suka menyanyi kecil di pagi jingga  turun ke kapal. Barangkali ikut lumutan nasibnya di punggung pelampung perusahan asing itu. Mulai bertiram muka waktu kulihat di ujung keningnya yang tipis menyayat batin.

Malam ini aku bertandang ke rumahnya. Ia malu, aku pun asing. Kami tak lagi membahas tentang buku-buku, kata, atau makna yang gagal mendongkel rahasia demi rahasia.

Sempat kereguk kopinya sampai dasar. Malam ini,  jika harus pulang tanpa menyanjungnya, setidaknya ada alasan untuk tidak jengkel pada embun di ujung rambutnya. Sebetulnya aku bisa menyanyi ambil jiwanya antar ke rumput yang bergoyang itu. Namun, rintik pantai terlalu derai untuk jiwa yang deras dalam senyap.

Kelahi kucing di rumah sebelah bagai perseteruan jenazah bersama mungkar dan nakir. Belum lagi angin timur yang menggoyang ranting waru semakin runcing menggigit kulit leher. Segera kami tertawa mendengar suara kaleng kosong digocek-gocek kaki kepiting darat itu.

Aku peluk gitarnya dingin, ia pangku tanganku menggigil. Kami bicara dengan suara yang nyaris tak terdengar. Baru setelah itu aku pura-pura melengos sambil men-takcle kaki meja agar gelas kopinya tumbang. "Kalau sudah ngantuk, silakan pulang, sebelum hujan melempar dingin ke kuping gelas. Atau mukamu yang 'kan merah kutusuk rindu?" Ia berbisik sambil menggeser tangan kiriku ke arah ulu hatinya. "Di sini ada luka mirip mukamu yang kecut bercinta habis-habisan."

Mekko 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun