Begitu sampai di warung kopi, saya lalu ikut mengerumuni satu-satunya meja kopi yang dijaga bapak dan ibu warung kopi itu.
Bapak warung kopi asyik mengiris tanggal yang angka-angkanya ganjil semua.Bentuk potongannya serupa pisau bermata tajam ke ulu hati.
Sementara ibu warung kopi masih dalam keadaan melek. Matanya menantang membaca nama bulan yang ditulis oleh entah siap dengan huruf-huruf kuno mirip aksara dari gua Altamira.
"Selamat datang! Semoga betah bergaul di sini. Di warung kopi sisi kiri kali mati!" sambut anak warung kopi dari balik dapur kopi. Spontan gadis alim di samping kanan saya yang mengaku salah kamar itu kabur entah kemana.
Pikir demi pikir, daripada buang ongkos percuma ke sini, dengan takzim saya maju sendiri, menjomblo ke pojok kiri warung kopi.
Di sana duduk perempuan lugu sedang khusyuk belajar merokok. Kami terperangah pada asap yang melilit mata lampu magenta hanya untuk tiada.
Begitu coba saya ganggu, sepinya mekar di atas meja. Perempuan itu lalu tertawa geli, menghirup kopi saya yang dasarnya sunyi.
Mekko 2023