Investasi pendidikan merupakan langkah terbaik untuk membekali generasi masa depan penerus bangsa. Pribahasa, “tuntutlah ilmu sampai ke negeri China,” menginspirasi untuk berkelana guna mendapatkan pengetahuan baru di negara lain. Negara tujuan dengan segala fasilitas dan kesempatan, kadang menarik perhatian warga negara Indonesia (WNI) untuk menetap dan bekerja seusai menyelesaikan pendidikan. Memanfaatkan kesempatan dan memenangkan persaingan adalah hal yang luar biasa, namun etiskah hal ini dilakukan sementara Indonesia telah menyumbang banyak dalam penghidupan kita?
Mengecap WNI sebagai tidak memiliki nasionalisme sekilas dapat dilakukan, namun sudahkah pemerintah yang seharusnya mengurusi rakyat melaksanakan bagiannya dengan tepat? Era reformasi 1998, insinyur pembuat pesawat dan alat transportasi bawahan Habibie banyak yang kehilangan pekerjaan usai penutupan industri pesawat terbang pertama di Indonesia. Dalam kondisi tidak dapat memenuhi hajat hidup sendiri, di mana bantuan pemerintah? Langkah terbaik yang dapat mereka ambil adalah hijrah keluar negeri, ke negara di mana keilmuwan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan dengan optimal sekaligus memenuhi kebutuhan hidup.
Pemerintah harus peduli terhadap talenta luar biasa banyak WNI yang ada di luar negeri. Keberadaan ilmuwan Indonesia di luar negeri sesungguhnya masih dapat bermanfaat bagi Indonesia ketika pemerintah mampu mewadahi mereka, sehingga buah pikir dan karya yang dihasilkan dihakpatenkan atas nama Indonesia. WNI pun tetap dapat berkarya dengan segala fasilitas dan kelengkapan negara lain, namun tetap berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H