[caption caption="Ilustrasi: ompas.com dan desicomments.com"][/caption]Bela Negara yang digagas Menhan Ryamizard Ryacudu sesungguhnya adalah upaya untuk mencintai tanah air dan menghadang ancaman yang datang dari luar. Swadesi adalah istilah yang berasal dari India yang dipopulerkan oleh Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi. Menurut Gandhi, konsep swadesi erat kaitannya dengan semangat swaraj sebagai cita-cita bersama seluruh rakyat India. Dalam bahasa sederhana, Gandhi mengartikannya sebagai "menggunakan apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri". Sebagai konsep, swadesi mengarah pada swaraj yang bermakaself rule yang senjatanya bertumpu pada kekuatan sendiri (self reliance).
Bela Negara pun demikian bertumpu pada self rule dan self reliance. Dalam beberapa diklat yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan, Bela Negara menjadi sebuah upaya penyadaran rakyat Indonesia untuk penting membentengi diri sendiri yang bertumpu pada kekuatan sendiri dalam menghadapi berbagai ancaman yang datang yang bisa saja menggoyahkan pertahanan negara.
Ryamizard Ryacudu sungguh tepat menjalankan program Bela Negara karena pada tataran praktik, program ini bisa menjadi renaisans Indonesia ke depannya. Dalam menghadapi gempuran asing, baik ideologi, ekonomi, sosial, budaya, rakyat Indonesia membutuhkan pegangan yang kuat yang bertumpu pada kemampuan diri sendiri. Bela Negara bisa menjadi metodologi tepat menghadapi berbagai ancaman tersebut, sebagaimana Mahatma Gandhi mempopulerkan Swadesi untuk membangkitkan rakyat India dari keterpurukan.
Mungkin kita akan menyebut "usang" bila mempromosikan semangat swadesi saat ini. Barangkali kita terkagum-kagum pada paham ekonomi global, paham yang kini tengah melindas kita semua. Barangkali pula kita takjub dengan politik liberal yang justru pada kenyataannya mencerai-beraikan kesatuan kita.
Bela Negara hadir untuk mengurai problematika kehidupan rakyat Indonesia. Bela Negara adalah swadesi Indonesia yang kemudian mengalami penyesuaian dengan alam pikir kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Bukti berbicara berbeda. Kita lihat Korea Selatan tumbuh menjadi negara maju dengan menggunakan prinsip swadesi yang intinya adalah cinta negara sendiri. Begitu pula, sebelumnya, Jepang yang mengimplementasikan swadesi. Prinsip swadesi ini pun ditunjuk Michael Porter, yang dianggap mahaguru di bidang "keunggulan kompetitif", sebagai pijakan untuk bersaing di pasar global. Dia memang enggan memakai kata swadesi, dan menggantinya dengan "penguasaan pasar di negara asal". Inilah spirit Bela Negara yang senantiasai dikumandangkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Ryamizard memahami betul spirit filosofi yang diajarkan Mahatma Gandhi. Meski dia seorang Jenderal, namun kerendahan hatinya bisa menerima nilai-nilai positif yang dikandung dalam swadesi. Gagasan Bela Negara saat ini kian menggurita karena diterima dengan baik oleh berbagai lapisan masyarakat.
Hampir setiap bulan, pemprov, perguruan tinggi, swasta hingga LSM menyambut baik diklat Bela Negara. Ajaran yang disebar di dalamnya sarat dengan nilai-nilai positif. Rakyat Indonesia tentu lelah dengan berbagai pertikaian, kesenjangan kemiskinan, anarkhisme dan berbagai ancaman yang bisa meruntuhkan NKRI.
Kembali pada jati diri bangsa yang sebenarnya adalah solusi yang tidak bisa ditawar lagi. Mari kita kobarkan semangat Bela Negara, semangat Swadesi yang tujuannya adalah menguatkan kembali keutuhan bangsa dan negara kita. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H