Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebulan di Lanud Atang Sanjaya, Mari Mengenal Helikopter Buatan PT DI

12 Desember 2016   07:18 Diperbarui: 12 Desember 2016   07:37 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sebulan ini, koleksi alutsista TNI AU bertambah dengan hadirnya dua helikopter full combat SAR mission EC725. Helikopter ini memiliki sejumlah keunggulan yakni kemampuannya mendarat di landasan dengan kondisi ekstrem. Selain, persenjataan berupa machine gun, membuat helikopter ini disegani oleh lawan. Senjata juga bisa dilipat ketika helikopter tidak digunakan.

Dikutip dari situs Dirgantara Indonesia, helikopter ini masih satu keluarga dengan Super Puma/Cougar. Kemampuannya untuk memetakan wilayah daratan musuh, sangat prima, karena dilengkapi dengan external mirrors. Selain itu, luasnya visibilitas menyebabkan prajurit memiliki daerah penglihatan yang luas, baik dari bawah maupun samping.

Mesin yang diusung adalah double engine, lebih ringan dibandingkan dengan helikopter Augusta AW101 yang dilengkapi tiga engine. Dengan demikian, EC725 ini memiliki kemampuan manuver yang andal di udara. Kelincahan bermanuver akan menguntungkan manakala helikopter ini berada dalam kondisi darurat, seperti diserang musuh ataupun masuk dalam cuaca buruk. Oleh sebab itu, helikopter ini memiliki multifungsi, selain untuk tempur, memiliki kemampuan untuk troops transportation dan search and rescue.

Kementerian Pertahanan sudah menandatangani kontrak pembelian enam helikopter ini sejak 2013 silam. Hingga kini, baru dua helikopter yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia selaku produsen. Pemesanan ini sebagai bagian dari pemenuhan minimum essential force (MEF) 2015-2019 untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sesuai dengan semangat reformasi altusista TNI, Kementerian Pertahanan membeli persenjataan produsen dari dalam negeri.

Pengembangan helikopter ini disesuaikan dengan kondisi kontur daratan di Indonesia yang berbukit dan banyak pegunungan. Untuk melintasi wilayah seperti itu, dikembangkan desain modular baling-baling (blade) yang bisa ditekuk. Dengan kondisi baling-baling demikian, alutsista tempur ini bisa diparkir di wilayah yang sempit. Penekukan baling-baling tentu dilakukan ketika helikopter tidak digunakan.

Helikopter Full Combat SAR Mission EC725 telah tersertifikasi Sea State 6, dan memiliki pelampung di bagian bawah untuk kondisi emergency yang mengharuskan mendarat di laut atau perairan. Pelampung ini dapat berkembang secara otomatis pada kondisi emergency dengan kecepatan pesawat terbang 150 knot.

Helikopter Full Combat SAR Mission EC725 dilengkapi dengan Light Spectrolab SX16 FP dan Hoist, untuk mencari dan mengevakuasi korban, serta dilengkapi Forward Looking Infrared Camera (FLIR) untuk mendukung operasional pada segala medan dan kondisi. Helikopter ini memiliki kabin luas dan fleksibel yang dapat mengangkut maksimum 29 personel atau beban maksimum hingga 11 ton, memiliki visibilitas yang sangat baik untuk melihat ke bawah dan ke samping.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun