Mohon tunggu...
Malika Vanya S.R
Malika Vanya S.R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Treat people the way you want to be treated.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dialektika Hegel

23 November 2023   17:22 Diperbarui: 23 November 2023   17:26 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Georg Wilhelm Friedrich Hegel atau biasa dikenal sebagai Hegel adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg, pada 27 Agustus 1770. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya antara lain F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx, dan yang menentangnya antara lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan gagasan dalam filsafat, bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses pencapaian kesadaran diri. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).

Terdapat tiga unsur atau konsep dalam memahami dialektika yaitu, tahap pertama (tesis) menghadapi antitesis (tahap kedua), dan terakhir tahap ketiga (sintesis) muncul. Dalam sintesis itu, argumen dan pertentangan menghilang. Bisa juga tidak hilang, tetap ada tetapi menjadi atau berada di tingkat yang lebih tinggi. Sintesis menjadi menjadi tesis baru, menghadapi antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan begitu seterusnya.

Contohnya, ketika ada teman yang berdebat panjang. Ada yang mengajukan argumen, kemudian dibantah oleh yang lain, kemudian ada yang melerai perdebatan dan menarik kesimpulan dari dua perdebatan tersebut dengan muatan dua argumen yang berseberangan. Ini adalah tesis, antitesis, dan sintesa. Dengan demikian, sintesa bukan menghilangkan kandungan dari masing-masing pihak yang beroposisi (tesis-antitesis), namun mengangkatnya ke atas yang lebih tinggi sebagai ramuan kebenaran yang meliputi keseluruhan (Hardiman, 2019).

Inilah salah satu penjelasan dari ungkapnnya yang terkenal "What is rational is actual and what is actual is rational." (Apa yang rasional adalah aktual (empiris) dan apa yang aktual adalah rasional). 

Metode dialektika demikian sangat mempengaruhi pemikiran filsafat Hegel. Misalnya ketika ia mengatakan sistem filsafatnya terbagai menjadi tiga (logika, alam, dan roh). Logika mempelajari Yang Absolut dengan dalam dirinya sendiri, filsafat alam mempelajari alienasi dirinya yang teralienasi dari Yang Absolut, dan Filsafat roh adalah kembali pada dirinya setelah pengembaraan filsafat alam.

Ringkasnya, "Logika mempelajari yang absolut "pada dirinya", Filsafat alam mempelajari Yang Absolut "bagi dirinya", Filsafat Ruh mempelajari yang Absolut "pada dan bagi dirinya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun