Apa persamaan antara Ahok dan HT? Kita semua mahfum, sama-sama Tionghoa, sama-sama pengusaha yang kemudian terjun ke politik. Juga sama-sama sedang terjerat kasus. Kalau Ahok sedang dan sudah terkena kasus penistaan agama, maka yang satu lagi diindikasi terjerat kasus pengancaman Jaksa melalui SMS.
Lalu apa yang kemudian membedakan? Yang membedakan adalah sikap dan responnya dalam menghadapi masalah. Sebagai negarawan, dari awal Ahok menghadapi kasusnya dengan tegar. Walaupun pemeriksaan polisi dan sidang mengganggu agenda kampanyenya, sehingga nyaris tidak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya kalah, maka yang satunya cenderung lari dari masalah, alias mangkir. Baru pemeriksaan pertama, sudah tidak hadir. Padahal yang satu ini tidak sedang dalam masa kampanye, jadi apa sebenarnya yang menjadi alasan tidak datang ya?
Sikap HT dari awal bisa terlihat dari penggunaan medianya secara intensif untuk membela si pemilik. Kalau anda senang berlangganan Koran S, misalnya, kita bisa lihat nyaris tiada hari tanpa membela kepentingan politik pemilikya. Padahal berita yang diangkat itu ke itu saja, soal penggunaan hukum untuk menjerat politikus. Opini dibentuk di media, padahal si tersangkanya sendiri saat dipanggil untuk diperiksa, emoh datang.Â
"Pak HT belum bisa menghadiri panggilan Bareskrim karena ada keperluan mendesak yang tidak dapat ditinggalkan," demikian alasan salah satu pengacaranya. Â
Padahal lihatlah saat Ahok yang kena, seluruh proses ia jalani dengan ikhlas dan disiplin. Dipanggil BPK datang, dipanggil KPK datang, dipanggil polisi, datang, diminta memberi kesaksian di pengadilan, juga datang. Dengan disiplin memenuhi kewajiban, maka Ahok bisa menjelaskan pendiriannya dan memperlihatkan pendirian yang jelas, apapun yang kemudian menjadi keputusan akhir pengadilan. Itulah yang membuat jutaan simpati mengalir kepadanya, tak terhalangi oleh kerangkeng teralis penjara. Pun diputus bersalah, dan dengan berani tidak mengajukan banding, masyarakat tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ogah datang saat dipanggil untuk pemeriksaan memang sedang jadi tren politikus saat ini. Ada yang jabatannya cawagub terpilih, ada yang anggota DPR, ada pemuka agama, dan lain-lain. Ada pula mangkirnya sudah berbulan-bulan sampai bisa dapat visa permanen dan berwisata keliling Timur Tengah, katanya. Entah apa sebabnya. Tapi dengan demikian sebenarnya kita bisa mengerti, siapa yang salah, siapa yang benar dari sebuah kasus. Kalau bersih, kenapa harus risih ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H