Mohon tunggu...
Malika Martiana Azzahra
Malika Martiana Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang

Topik atau konten yang akan dibawakan ialah meliputi konten sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Membunyikan Klakson di Tempat-Tempat Sepi Sebagai Local Genius di Pandaan, Pasuruan

5 Maret 2023   17:28 Diperbarui: 5 Maret 2023   17:30 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar jalanan sepi dengan penerangan minim | Sumber: mobilmo.com

Indonesia merupakan negara kepulauan yang seluruhnya terdiri dari ribuan pulau. Setiap pulau-pulau tersebut memiliki suku yang menjadikan negara Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang berkembang di setiap daerahnya. 

Menurut ilmu antropologi, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2000). 

Selain itu, Soerjono Soekanto juga mengungkapkan bahwa; budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soekanto, 1990). 

Sedangkan dalam local genius merupakan kemampuan yang dimiliki suatu pendukung budaya guna membuktikan seberapa kuatnya dasar-dasar kepribadian budayanya pada saat menghadapi akulturasi budaya.  

Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya serta local genius merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lainnya di masyarakat dengan mempelajari segala sesuatu dari cara atau pola-pola berpikir, merasakan, serta bertindak.

Pandaan merupakan suatu daerah yang letaknya berada di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Di Desa Kemirisewu, masyarakatnya masih mempercayai adanya mitos menyalakan klakson di tempat-tempat terentu, seperti ketika berada di jalanan yang minim penerangan. Masyarakat mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu tersebut selalu memiliki "penunggu" masing-masing. 

Oleh sebab itu, masyarakat kerap menyalakan klakson ketika hendak melewatinya. Konon dianggap sebagai tanda "permisi" kepada sang penunggu. Selain menyalakan klakson, masyarakat juga biasa mengucap salam sebagai pendamping klakson tersebut. segala hal yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa masyarakat melewati tempat tersebut dengan baik-baik dan sopan.

Menurut keterangan Ibu Hariyati yang merupakan salah satu penduduk setempat berkata, "Untuk melewati tempat-tempat sepi seperti itu harus menyalakan klakson sebagai tanda permisi kepada sang penunggu. Namun, selain itu kami melakukannya untuk berjaga-jaga ketika ada pengendara lain sebagai bentuk waspada. 

Apalagi kalau berkendara di malam hari biasanya mata ini kurang jelas lihat pengendara di sekitaran. Jadi ya buat bentuk waspada juga.". Jika ditinjau dari penjelasan salah satu warga Desa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar membunyikan klakson tidak hanya menjadi sekadar tanda permisi namun juga menjadi tanda agar pengendara lain yang berada di sekitar bisa merasa waspada terutama ketika berkendara di malam hari.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun