Mohon tunggu...
Malik Abdul Karim
Malik Abdul Karim Mohon Tunggu... -

sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekarat

25 Maret 2011   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rakyat berpeluh keringat

jual kayu seikat biar keluarga tak sekarat

eh, dikejar-kejar dan malah ditangkap aparat

katanya, kayu itu dari hutan bukan milik rakyat

eh, sejak kapan hutan dan kayu milik pejabat?

Sejak kapan lahir dan hidup harus bersertifikat?

katanya tanah, air dan udara untuk maslahat rakyat

kok nyatanya sejak dulu tetap melarat

katanya semua dapat tempat, semua harus dicatat

kok nyatanya dicatat sebagai rakyat saja harus bawa ikan sekerat

katanya ingin jadi bangsa bermartabat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun