Mohon tunggu...
Alif Fadhillah
Alif Fadhillah Mohon Tunggu... Lainnya - Tidak ada

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Latar Belakang dari Naskah Kebiasaan-kebiasaan Ambon

25 April 2024   11:45 Diperbarui: 25 April 2024   12:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ambon, sebagian besar akan mengartikan kata ini sebagai sebuah kota di timur Indonesia. Melansir dari website Pemkot Ambon, luas daratan yang dimiliki Ambon adalah 359,45 kilometer persegi, sedangkan luas lautan 17,55 kilometer persegi dengan panjang garis pantai 98 kilometer (Survey Tata Guna Tanah 1980).

Ambon merupakan kota bersejarah, tidak hanya dalam sejarah Maluku saja, tetapi juga dalam sejarah Nusantara bahkan sejarah Dunia. Dalam lintasan sejarahnya, kota Ambon silih berganti menjadi pusat pemerintahan dari berbagai kekuasaan, pusat kegiatan-kegiatan politik, bandar samudera bagi dunia perdagangan, pusat pendidikan dan kebudayaan, serta pusat kegiatan-kegiatan kehidupan keagamaan, bahkan dalam zaman kolonial Belanda. Ambon pernah menjadi pusat kedudukan para Gubernur Jenderal pertama VOC di Nusantara.

Mengupas lebih dalam, adat istiadat dan budaya masyarakat Ambon tercatat di dalam naskah kuno yang salah satunya disimpan di Perpustakaan Nasional RI. Naskah yang terkait dengan adat istiadat dan budaya masyarakat Ambon berjudul Kebiasaan-kebiasaan Ambon.

Naskah ini termasuk dalam kategori naskah kuno yang merupakan dokumen tertulis yang tidak diperbanyak dengan cara lain dan berumur lebih dari 50 tahun. Selain itu, naskah Kebiasaan-kebiasaan Ambon ini dinilai memiliki arti penting dalam catatan sejarah kebudayaan nasional dan ilmu pengetahuan tentang Suku Ambon.

Naskah koleksi Perpustakaan Nasional RI yang ditulis di lembar kertas Eropa dengan tebal 108 halaman ini ditulis menggunakan aksara Latin dengan bahasa Melayu. Ejaan yang digunakan masih dengan ejaan lama, oleh karena itu dalam buku ini penulis melakukan alih aksara naskah yang juga menyesuaikan ejaannya dengan ejaan baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun