Mohon tunggu...
M ALIEF YUDIS NURRACHMAN
M ALIEF YUDIS NURRACHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Orang biasa

Menulis saja dulu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bersyukur atas Kecemasan

7 November 2024   01:51 Diperbarui: 7 November 2024   01:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Banyak sekali pengalaman yang seharusnya menjadi kunci bahwa untuk melangkah kita butuh sebuah pemikiran yang matang. Tetapi yang menjadi masalah adalah ketika dalam proses berpikir seringkali mengesampingkan sebuah hal-hal yang menjadi pembelajaran, memperbaiki yang keliru dan mengembangkan yang sudah benar. Jika dalam perjalanan membutuhkan tali yang panjang, apakah tali itu harus berlapis baja? Atau hanya berbahan besi? Tidak ada yang tahu ketika kita melangkah lalu terkubur sejenak dalam kesedihan. Mengapa yang diceritakan hanya sebuah pencapaian atau hanya sebuah keberhasilan?. 

Ketakutan untuk menceritakan apa yang kita renungkan beberapakali tentang proses berhasil itu selalu muncul, entah datang bertahap atau secara langsung. Sementara ketika kita berhasil memenangkan sebuah lomba kita selalu ingin menceritakan kepada masyarakat luas, apa yang membuat hal itu terjadi? Apakah kita terlalu takut untuk gagal atau kita terlalu kuat untuk menahan?.

Tanpa disadari bahan pembicaraan akan muncul ketika daun yang asalnya dari ranting akan jatuh ke tanah, mereka akan menceritakan hal-hal yang baru bahkan menceritakan tentang teman lamanya. Tetapi ada juga yang mampu menahan beberapa cerita yang bahkan untuk menjaga asalnya sendiri, lingkungan sekitarnya, dan beberapa alasan lain yang membuat seseorang itu tumbuh menjadi pribadi yang sekarang. Sedangkan apa yang sudah dilakukannya untuk bertahan sampai pada tahap itu?.

Banyak orang yang memuat catatannya dengan motivasi berbagai macam, pahit yang terjadi pada latar belakangnya atau orang-orang sukses di matanya. Bukan tentang apa yang membuat seseorang itu pandai berenang atau memanjat, tapi bagaimana seseorang itu menghadapi siksaan dalam kecemasannya.

Usia akan merangkak menuju senja hingga nanti akan keriput semua, sudah berapa lama hidup? Sudah berapakali mati suri? Sudah berapakali hilang sendirian?. Catatan tentang pribadi hidup akan terus berlanjut sampai nyawa yang dicabut, lalu tentang apa yang sudah digapai? Bagaimana prosesnya? Kita sangat perlu untuk mengapresiasi itu semua, bahkan sekadar bisa membuka mata itu perlu disyukuri dengan ikhlas. Nyatanya itu memang sulit atau terkadang juga sedikit lupa, tapi ketika kita menghela nafas tidak terlalu susah juga untuk mengapresiasi semua yang sudah berjalan bertahap.

Kembali menjalani hidup dengan ikhlas akan membuat semuanya terasa ringan. Terima kasih sudah membaca, bahagia selalu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun