"Apa alasannya tak setuju? Apa karena usia? Usia Mbak dengan suami Mbak kan hanya terpaut dua tahun saja. Tak menjadi alasan jika Mbak yang lebih tua daripada dia,"
"Bukan itu, Lida. Tapi karena status Mbak yang sudah janda. Ibunya tak setuju, karena ia berpikir bahwa anak laki-lakinya masih bisa mendapatkan seorang gadis bukan janda sepertiku,"
"Apakah menjadi janda itu sangat buruk ya? Sampai-sampai sebegitu hinanya kau di mata ibunya,"
Perempuan di hadapanku menggeleng perlahan dan meneruskan percakapan masih dengan tangisnya yang tersendat.
"Tahun lalu aku mengenalnya. Ketika itu, hatinya begitu mantap untuk mempersuntingku. Padahal sejak awal aku telah mengatakan statusku yang sebenarnya bahwa aku ini janda dan telah memiliki dua orang anak perempuan. Tapi ia tak peduli tentang hal itu. Ia tetap saja datang pada kedua orangtuaku dengan niatnya yang sungguh baik. Ingin mempersuntingku. Ketika itu pula, ibunya tak mengatakan apapun, apakah ia menolak atau tidak,"
"Aku tak benar-benar paham dengan jalan pikiran ibunya. Sedari awal kalau memang tak setuju, ya katakan, jangan diam saja. Kalau sudah seperti ini, siapa yang mau disalahkan?
"Aku juga tidak tau siapa yang harus disalahkan dalam hal ini. Akukah, diakah, atau orangtuanya? Aku tidak tau. Tapi apakah salah ya, seorang janda menikah dengan laki-laki yang usianya dua tahun lebih muda darinya?
"Tidak ada yang salah dalam hal cinta, Mbak. Yang salah itu, jika kalian saling mencintai dan merasa ada kecocokan satu sama lain, tapi tidak memiliki niat untuk menikah dan hanya bisa menjalin cinta tanpa ikatan yang resmi. Jadi selama Mbak tidak melakukan keburukan apapun, ya wajar-wajar sajalah menikah dengan laki-laki manapun juga. Mau usianya lebih tua atau lebih muda dari Mbak juga tak masalah.
"Tapi ibunya mengatakan bahwa pernikahan kami adalah kesalahan besar,"
"Karena status lagi? Tapi kan Mbak masih 28 tahun. Masih belum tua kan?
"Iya, Lida. Apalagi kalau bukan karena status?