Menolak Sekolah Kristen di Parepare
Oleh Malicca Syam
Polemik mengenai pendirian sekolah Kristen di Parepare telah menjadi isu hangat yang mengundang berbagai pandangan. Sebagian pihak melihatnya sebagai wujud kebebasan beragama dan hak atas pendidikan, tetapi sebagian lainnya memandang hal ini dapat memengaruhi stabilitas sosial dan budaya lokal. Penolakan terhadap pendirian sekolah Kristen di Parepare berakar pada keinginan masyarakat untuk melindungi nilai-nilai yang telah lama terjaga di kota ini.
Parepare adalah kota dengan mayoritas penduduk beragama Islam yang memiliki tradisi keagamaan kuat. Nilai-nilai Islam menjadi dasar kehidupan sosial, budaya, dan pendidikan di kota ini. Kehadiran sekolah Kristen dikhawatirkan dapat menimbulkan pergesekan budaya dan nilai-nilai yang tidak sejalan dengan norma mayoritas. Meski sekolah Kristen pada dasarnya bertujuan menyediakan pendidikan, masyarakat Parepare mengkhawatirkan potensi dampaknya terhadap identitas keagamaan generasi muda.
Penolakan ini bukan berarti mengingkari prinsip kebinekaan atau menolak keberagaman. Sebaliknya, hal ini mencerminkan rasa tanggung jawab masyarakat untuk menjaga keharmonisan sosial. Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam membangun karakter generasi muda, dan setiap institusi pendidikan yang hadir di suatu wilayah perlu mempertimbangkan sensitivitas budaya dan norma setempat.
Lebih jauh, pendirian sekolah Kristen di Parepare juga memunculkan kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya polarisasi di masyarakat. Alih-alih mendukung kerukunan, langkah ini justru berpotensi memecah hubungan baik antarwarga jika tidak dikelola dengan bijaksana. Dalam konteks ini, penolakan menjadi bentuk antisipasi terhadap konflik sosial yang mungkin timbul di masa depan.
Meski demikian, penting untuk memastikan bahwa penolakan ini dilakukan secara proporsional, tanpa mengabaikan hak-hak kelompok minoritas. Pemerintah dan pihak terkait perlu memfasilitasi dialog antara masyarakat, tokoh agama, dan pihak yang berencana mendirikan sekolah Kristen tersebut. Dengan dialog yang terbuka dan saling menghormati, keputusan yang diambil akan lebih inklusif dan dapat diterima semua pihak.
Penolakan terhadap pendirian sekolah Kristen di Parepare bukanlah tindakan intoleran, melainkan wujud perhatian masyarakat untuk menjaga harmoni dan stabilitas sosial. Dalam negara yang plural seperti Indonesia, keputusan semacam ini harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebebasan individu dan kebutuhan masyarakat mayoritas.
Sebagai kota yang dikenal dengan kerukunan warganya, Parepare perlu terus mempertahankan stabilitas sosial yang telah lama menjadi kekuatannya. Keputusan untuk menolak pendirian sekolah Kristen ini adalah langkah preventif untuk memastikan bahwa harmoni sosial tetap terjaga tanpa menimbulkan potensi perpecahan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H