Hari Rabu, tanggal 29 Juli 2020 yang lalu saya merepost sebuah postingan di instagram yang memuat konten cuplikan film "Peekay", kemudian seorang sahabat memberikan balasan dalam bentuk pertanyaan kepada saya: "Bang bli sebenarnya tingkat dari kebenaran Tuhan itu terletak di mana? Apakah cukup hanya mengandalkan sebuah logika dalam berpikir? Tidak kan"
Kemudian saya terdiam sejenak, saya renungkan cukup lama pertanyaan tersebut. Tentu  bisa-bisa saja ketika saya ingin menjawab pertanyaan tersebut dengan "sekedar", namun saya juga tahu sahabat saya tersebut juga bukan merupakan seorang yang "sekedar" sehingga tidak mungkin ia bertanya hanya sekedar bertanya, sehingga saya juga tidak mungkin menjawabnya dengan sekedar menjawab.
Di tengah renungan saya tersebut, tiba-tiba saya teringat dengan sebuah buku yang akhir-akhir ini sedang saya baca yaitu "21 Hukum Kehidupan Positif" karya Rakesh K. Mithal. Saya teringat dengan salah satu kalimat di dalam buku tersebut, lebih tepatnya di bagian Bab Hukum Keyakinan yang menyatakan: "Keyakinan tidak perlu diberikan penjelasan, karena hal itu di luar penjelasan".
Saya mencoba untuk menghubungkan makna kalimat tersebut dengan pertanyaan sahabat saya yang juga terus terang dalam proses mencari hubungan antara keduanya membuat perasaan saya bergejolak dan terus memikirkan jawabannya. Saya pikir pertanyaan itu tidak sederhana, sehingga jawabannya pun tidak sederhana. Namun di sisi lain pertanyaan tersebut bisa jadi sederhana, sehingga jawabannya pun sederhana.
Hingga sampai pada kesimpulan, bahwa menurut saya tingkat kebenaran Tuhan itu terletak pada keyakinan, keyakinan itu terletak pada masing-masing orang dan keyakinan tidak perlu penjelasan, karena hal tersebut di luar penjelasan.
Besar kecilnya kebenaran Tuhan itu tergantung dari seberapa besar keyakinan kita terhadap Tuhan itu sendiri. Apabila keyakinan terhadap Tuhan antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, maka berbeda pula tingkat kebenaran Tuhan di antara mereka. Tingkat kebenaran Tuhan tidak bisa kita paksakan antara satu dengan yang lainnya, karena itu semua kembali kepada keyakinan masing-masing.
Sebagai penutup saya ingin mengutip sebuah kalimat dari seorang bijak yang mengatakan "engkau mungkin mencapai sesuatu yang kecil dengan keyakinan, namun kau tidak bisa mencapai apapun tanpanya", sama seperti mencapai kebenaran Tuhan.
Lalu bagaimana cara mencari kebenaran Tuhan menurut rekan-rekan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H