[caption caption="Ilustrasi Hati-hati Penipuan lewat telepon"][/caption]"Pak saya dapat telepon, katanya cucu saya mau dapat beasiswa, tapi kog dia malah minta nomor rekening dan minta tambahan saldo di tabungan saya ya? Tahu sendiri uang saya di bank hanya 200 ribu untuk jaga-jaga, tapi tiba-tiba si penelepon itu minta tambahan saldo.
Perkataan itu terlontar malam tadi, sewaktu saya asik-asiknya mempersiapkan hajat pemutaran film NPWP dan diskusi  bagi masyarakat kelurahan Sumbersari Bantul dan Rejomulyo pada perhelatan Pilkada 2015 ini. Tiba-tiba seorang nenek yang cukup renta, yang kebetulan tetanggaku menghampiriku dan mengatakan bahwa cucunya dimintai nomor ponsel orang tuanya, kebetulan sang cucu saat ini tinggal bersama nenek. Setelah itu si peminta nomor ponsel yang kebetulan juga kepala sekolah dari sang cucu, meminta nomor rekening. Sesampainya di rumah, tiba-tiba seorang lak-laki yang mengaku sebagai kepala sekolah meminta sang ibu mengecek saldo di rekening beliau. Katanya akan ada transferan beasiswa.Â
Nenek ini awalnya sedikit percaya dan memberikan rekeningnya kepada si penelepon. Sekali lagi beliau ini percaya kalau cucunya akan mendapatkan beasiswa lantaran memang sang cucu mendapatkan ranking pertama atau juara kelas.Â
Karena ingin memastikan benar tidaknya informasi dari si penelepon yang mengaku kepala sekolah sang cucu, beliau menanyakan kepada saya "benar gak sih pak Ali, kalau cucu saya mau dapat beasiswa. Tapi kog saya diminta memberikan nomor rekening. Setelah saya kasih, saya diminta mengecek di ATM. Dan ternyata waktu saya cek memang uang saya belum bertambah lantaran hanya 200 ribu. Itupun untuk persiapan transferan kalau anak saya yang di Jakarta mengirimkan sejumlah uang.Â
Anehnya lagi, kan uang saya hanya itu-itunya lantaran hanya untuk jaga-jaga, tapi kog kata si penelepon, saya harus menambah lagi saldo minimal satu juta agar proses transfer bisa dilakukan. Saya jadi takut apa iya proses pemberian beasiswa bisa serahasia itu?
Sejenak saya menghentikan ketak-ketik tugas saya  untuk menanggapi keluhan sang nenek, saya hanya bisa menyarankan, kalau memang itu beasiswa untuk cucu nenek, mending konfirmasi saja ke pihak sekolah, benar gak informasinya. Dan jika memang cucunya dapat beasiswa pastilah wali murid akan dipanggil pihak sekolah untuk mengumpulkan sejumlah berkas dan dijelaskan cara mendapatkan beasiswa tersebut.
Nenek itupun percaya kata-kata saya. Meskipun beliau masih penasaran apakah benar si penelepon yang mengaku kepala sekolah tersebut hendak memberikan beasiswa. Namun yang membuat si nenek curiga, kalau mau mentransfer sejumlah uang kenapa saldonya mesti dibanyakin dulu?
Di akhir cerita, beliau menceritakan bahwa ternyata si penelepon minta rekening yang lain yang saldo yang lumayan banyak. Sekali lagi, saya menegaskan jangan mudah percaya orang-orang yang terkesan ingin berbuat baik, tapi cara yang dilakukan tidak lazim lantaran modusnya seperti seorang penipu yang sampai saat ini masih diburu polisi.
Modus tipu-tipu masih menjadi ancaman ibu-ibu awam
Sepertinya modus penipuan saat ini menjadi trend mencari uang. Mereka melakukan beraneka macam cara untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak lazim. Uang yang diperoleh dengan cara mudah. Tinggal telpon "mamah minta pulsa". atau "maaf anak anda kecelakaan" si penipu berusaha mengerogoti uang korbannya tanpa sadar. Korbannya tak memahami bahwa dalam dunia transaksi banyak pihak-pihak yang memanfaatkan keawaman dirinya. Dengan dalih apapun berusaha mendapatkan uang dengan cara mudah meskipun cara-cara yang dilakukan adalah HARAM.Â
Kasus sang nenek ini hampir mirip terjadi pada salah satu korban di Kota Metro, tanpa menyebut identitasnya, kebetulan saya hendak mengambil beberapa rupiah untuk keperluan pribadi. Setelah selesai, penjaga ATM berkata "pak baru saja ada ibu kehilangan uang lima juta, katanya mendapatkan hadiah dari Bank, tapi ternyata uangnya malah raib".