Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tentang Money Politics, Caleg 300 Juta Ini Nggak Stress...

12 April 2014   23:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Caleg lagi caleg lagi....bosan juga ya? Tapi bagaimana mau bosan 'khan saat ini memang tahun politik di mana para calon wakil rakyat tengah memperebutkan kursi empuk di dewan. Puncaknya saat ini pun para kandidat sudah ada yang maju sebagai pemenang adapula yang harus tersungkur tak berdaya karena namanya sedikit sekali yang mencoblos.

Selain jatuh karena gagal menjadi anggota dewan, adapula yang harus kehilangan segala-galanya demi sebuah prestise dan kedudukan yang semua orang ingin meraihnya. Tak hanya rumah, kadang seluruh kekayaannya digadaikan demi memenangkan percaturan politik.

Jika kemenangan diraih tentulah pesta pora dengan pentas organ tunggal menjadi penghias rumah sang caleg terpilih. Tapi ketika gagal maka ada banyak caleg yang harus kehilangan akal sehatnya. Pantas saja di media massa sering muncur berita para caleg yang putus asa harus masuk ke rumah sakit atau pusat pengobatan jiwa lainnya. Namun adapula yang harus berpisah dengan pasangannya karena prustasi sang istri / suami tak bisa membantu kesuksesannya. Bahkan yang lebih aneh lagi, tatkala gagal nyaleg ternyata tim sukses harus mendapatkan bogem mentah uang kampanye dikembalikan lantaran uang ratusan juta lenyap tapi suara pun tak diraih.

Tapi beda di media massa, karena di sini adapula caleg gagal yang kehilangan 300 juta yang tidak stress. Dalam artian tidak sampai ke rumah sakit. Pasalnya sang caleg sudah pernah menikmati kemenangan di tahun yang lalu, dan kini ingin menikmati kemenangannya tapi ternyata ada caleg lain yang lebih kaya dan mampu membayar lebih.

Meskipun si caleg tidak sampai stress, paling tidak beberapa bulan paska pemilu dia akan kehilangan mobil barunya karena menebus biaya kampanye yang ternyata didapat dari berhutang. Tak hanya mobil barunya yang raib, karena beliaupun harus mencak-mencak kepada tim suksesnya karena meskipun uang 300 juta digelontorkan nyatanya hanya mendapat 400 suara. Nah, pertanyaannya kemana uang yang diberikan pada tim sukses? Atau apakah sang caleg hanya dimanfaatkan oleh tim sukses abal-abal demi mencari keuntungan sepihak?

Tidak hanya cale g 300 juta ini yang gagal, karena adapula caleg lain yang turut esmosi lantaran uang 500 juta  untuk kemenangannya ternyata tak juga mendapatkakn suara yang signifikan. Karena kekalutannya caleg pun mengamuk dan memukuli tim sukses hingga babak belur. Menjadi caleg harus gagal ee harus memukuli tim sukses. Wajar saja si caleg harus diinterogasi apara berwajib karena kasus penganiayaan.

Pertarungan Uang Haram demi menguras uang negara

Potret pertarungan politik dengan cara money politik hakekatnya menjadi catatan buruk pemilu di Indonesia. Pemilu yang seharusnya menjadi sejarah indah untuk mendapatkan calon pemimpin yang baik ternyata harus dikotori oleh tindakan tak beradab dari calon wakil rakyat.

Tentu saja dengan money politik bagi-bagi uang sudah mencederai makna pemilu yang diusung. Dampaknya masyarakat saat ini sudah tak mempan lagi dengan pencitraan dan kata-kata manis caleg jika sang caleg tidak mengeluarkan uang ratusan juta demi mendapatkan simpati (simpanse), bukannya citra positif yang dibangun tapi justru permainan kotor dalam pemilu. Wajar saja saat ini masyarakat semakin terpedaya dan semakin tidak memiliki pegangan kokoh akan nilai kebenaran dan kejujuran. Bahkan masyarakat sendiri memandang negeri ini dengan pesimisme "mbok bene wong dewan korupsi, korupsi wae aku seh mangan." (biarkan saja anggota dewan korupsi, meskipun mereka korupsi pun saya masih bisa makan". Ketika saya mencoba menjelaskan bahwa uang pemberian caleg justru akan mempertinggi korupsi di negeri ini.

Jawaban sangat pesimistis, yang dilontarkan masyarakat tatkala mendapatkan uang haram. Mereka sudah sangat terbiasa menerima uang dari para caleg tanpa berfikir dampak yang akan mereka dapatkan ketika caleg money politik ini menduduki jabatan pemerintahan. Boleh jadi mereka sudah sangat paham dengan situasi politik Indonesia atau justru sikap keputus asaan tatkala ketika memilih caleg yang dianggap baik dan bersih ee ternyata masih saja korupsi.

Kondisi riil inilah sejatinya yang semakin memperbesar ruang para caleg untuk bermain politik uang, mereka menganggap bahwa rakyat saat ini "bodoh" tak mengerti bahwa politik uang itu diharamkan oleh agama mereka dan para wong cilik tersebut justru memberikan kesempatan para calon wakil mereka berasal dari golongan yang doyan model politik ini. Maka wajar saja saat ini hampir seluruh kandidat caleg dan cagub yang berusaha meraih suara dengan cara yang tidak dibenarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun