Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tangisanmu, Apa Sih Makna Sesungguhnya?

23 April 2014   07:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak saya melihat acara Akademi Komedi di Indosiar, kebetulan di antara peserta ada yang  menangis. sebab teringat kembali kisah-kisah masa lalu. Kebetulan kisah itu merupakan cerita buruk lantaran pernah mendapatkan celaan atau pernah direndahkan. Tak terasa air mata mereka pun menetes, terisak-isak penuh dengan aura keharuan. Tak hanya peserta yang terlarut dalam kesedihan, karena penonton dan tim juri pun sepertinya ikut terbawa arus keharuan yang hadir di dalamnya.

Adapula saya pun sering melihat, tatkala seseorang yang tertangkap tangan karena mencuri atau koruptor yang hendak dijatuhi hukuman yang berat. Seperti Rudy Rubiandini yang tertangkap tangan dan terduga sebagai tersangka kasus suap SKK Migas. Beliau menangis di hadapan para wartawan dan mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak menggunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi.

Saking takutnya mereka menenteskan air mata, di antara rasa takut mereka menghiba, mengharapkan belas kasihan. Mudah-mudahan dengan tangisan itu masyarakat enggan menghakimi si pencuri atau si koruptor tersebut tak dijatuhi hukuman berat oleh sang hakim.

Bahkan ada pula karena mengiris bawang matapun ikut meneteskan air mata. Kayaknya tangisan ini karena iritasi dan pengaruh zat yang keluar dari irisan bawang ini.

Tidak hanya kasus yang mengharu biru tersebut, adakalanya suami atau istri yang pernah bersalah lalu mengharapkan pasangannya memaafkan dan mau menerimanya kembali, karena takut diceraikan atau digugat cerai oleh pasangannya.

Sederet kisah tetang jatuhnya air mata di atas pipi itu sejatinya memiliki beberapa makna yang tersirat yang sulit sekali menduga-duga dan mengartikan apa sebenarnya yang tengah dirasakan dan dipikirkan oleh si penghiba atau sosok yang tengah terisak tersebut. Apakah murni karena kesedihan, duka lara, atau justru hanya bentuk tipuan agar orang-orang disekitarnya turut berduka dan memberikan simpati serta berempati terhadap penderitaan yang dialami. Dampaknya tatkala mereka adalah seorang tersangka kejahatan atau terdakwa, harapannya hukuman diperingan bahkan kalau perlu dimaafkan dan dibebaskan dari hukuman. Nah jika itu suami atau istri tentu saja hati sang istri atau suami ikut luluh dan memaafkan pasangan yang telah bersalah. Tentu saja jika pasangannya memaafkan harapan tetap tinggal berdua otomatis masih akan berlangsung lama.

Air mata memang fenomenal, karena para tersangka mengeluarkan air matanya maka hukum yang sepatutnya diberikan pun harus berkurang bahkan seringkali keadilan yang semestinya ditegakkan dengan seadil-adilnya akhirnya berbelok menjadi hukuman atas pertimbangan rasa kasihan. Si pembunuh karena menangis tersedu-sedu akhirnya mendapatkan hukuman yang ringan. Meskipun tatkala menangis pun para tersangka ini masih menyimpan dendam untuk melakukan aksi yang sama, berulang lagi seperti apa yang pernah dilakukan.

Bahkan siapapun yang pernah berpacaran tentu ada banyak sandiwara dengan tetesan air mata. Tujuannya tentu saja ingin meluluhkan hati si wanita atau pria agar tidak meninggalkannya.

Meskipun menumpahkan air mata itu tidak selamanya karena kesedihan, atau rasa bahagia yang berlebihan, namun siapapun yang bisa menumpahkan air mata, hakekatnya mereka memiliki kedalaman hati nurani, memiliki kedalam rasa sehingga tatkala mereka menangis tersebut karena pewujudan penyesalan tentu saja dampaknya akan ada perubahan besar dalam kehidupan mereka. Mekipun ada juga yang beranggapan bahwa ada air mata buaya, yakni air mata kebohongan. Tersangka yang semata-mata hanya ingin mengambil hati sang hakim agar menimpakan hukuman yang seringan-ringannya padahal ketika mereka keluar dari lapas pun akan melakukan aktifitas yang sama. Tipe ini merupakan air mata buaya kelas badak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun