Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seputar Debat Cawapres 2014 Semalam, Menurut Kacamata Orang Desa

30 Juni 2014   13:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:11 1875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Debat Cawapres tadi malam (29/06), terasa lebih tenang dari debat-debat yang lalu. Tentu persoalannya bukan masalah contek mencontek coretan (kertas) seperti yang ditujukan pada pak Jokowi pada debat pertama, karena kedua cawapres memang sengaja membaca coretan sebagai bahan untuk menyampaikan orasinya. Dan terlihat tenangnya karena kebetulan moderatornya mampu menjadi penengah dan mengatur jalannya debat secara proporsional. Tentu saja selain moderatornya yang handal, tentu penggunaan catatan tersebut bertujuan agar konsep penyampaian visi-misi tidak terlalu melenceng jauh dari konsep yang sudah tertuang dalam buku visi-misi capres-cawapres tersebut.

Meskipun di awal debat, saya sedikit meragukan kemampuan pak JK dalam menyampaikan visi-misinya, karena terlihat agak sedikit gugup atau mblibet. Cara menyampaikannya memang tak seruntut dengan cara pak Hatta. Pun, saya menduga, karena pak JK mendapatkan posisi pertama yang harus menyampaikan visi-misinya tatkala beliau dipercaya menjadi cawapres. Boleh jadi karena terlalu bersemangat atau memang sosok pak JK bukan tipe orator handal. Beliau mempunyai gagasan luar biasa tapi terkendala dalam orasinya. Meskipun pada detik pertama terlihat mbulet, untuk point selanjutnya terlihat lebih lancar.

Meskipun selayaknya timing penyampaian visi-misi disesuaikan dengan nomor urut dari cawapres tersebut, sehingga masing-masing cawapres sudah bersiap-siap bahwa mereka akan mendapatkan waktu dan kesempatan sesuai dengan urutan nomor cawapres. Tapi, tadi malam, karena pak JK diminta untuk menyampaikan visi-misinya lebih awal, sepertinya memang pak JK terlihat lebih gugup. Semoga saja pengaturan timing pembicaraan bukan karena unsur-unsur tertentu. Dan moderator bukan "berusaha" tidak adil terkait pembagian waktu yang tidak sesuai nomor urutnya. Karena terlihat pak Hatta terlihat lebih runtut dan jelas, apa-apa yang akan menjadi program tatkala beliau berorasi. Meskipun apa yang disampaikan, "belum tentu" dapat diaplikasikan tatkala beliau benar-benar menjadi capres untuk pilpres 2014 ini.

Belum tentu ini maksudnya karena sejatinya pak JK maupun pak HR sama-sama sudah mengenyam jabatan sebagai petinggi negara, tapi faktanya apa yang ada dalam orasi mereka masih saja belum menyentuh persoalan yang sebenarnya.

Dan berbicara mengenai debat cawapres tadi malam, seakan-akan pikiran saya menerawang jauh di era sebelum kedua tokoh ini didaulat menjadi cawapres mewakili masing-masing capresnya. Dan mata saya juga hampir saja terkagum-kagum dengan indahnya mereka "berpidato" seakan-akan mereka adalah sosok pemikir dan pekerja yang baik. Namun, ternyata gambaran yang ada dalam pikiran saya sedikit banyak terjawab sudah. Bahwa pada saat ini para cawapres tersebut belum menjawab bagaimana mengatasi pendidikan di Indonesia, dan bagaimana mengatasi pengangguran yang jumlahnya jutaan orang.

Ada beberapa point yang saya rasa lebih masuk akal ketika pak JK menyampaikan orasi dan sesi tanya jawab serta debat masing-masing cawapres tersebut. Meskipun tidak semua yang disampaikan sejalan dengan apa menjadi keiinginan saya, karena di antara jawaban pak JK pun terdengar ngalor-ngidul alias kurang fokus pada pertanyaan yang disampaikan pak Hatta.

Pertama, Pak JK membahas tentang bagaimana pandangan beliau jika melihat kondisi pendidikan yang tidak merata, bagaimana beliau menilai patut dan tidaknya dan apakah UN masih layak untuk diterapkan di sekolah serta bagaimana tentang sertivikasi apakah benar-benar akan diputus tatkala keduanya menjadi presiden dan wapres.

Secara gamblang pak JK mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia memang masing jauh dari keadilan, hal tersebut terlihat dari tidak meratanya fasilitas atau sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah. Seperti kondisi sekolah yang tidak sama antara sekolah-sekolah yang ada di kota dengan di desa. Sehingga harapannya, jika rakyat memilih pasangan JW-JK maka fokus pendidikan akan diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang merata ke semua wilayah Indonesia. Selain itu beliau memiliki program agar para guru-guru benar-benar merata ke seluruh wilayah Indonesia.

Selain menyampaikan persoalan ketidak merataan pendidikan di daerah, beliaupun menjelaskan bahwa hakekatnya sertivikasi guru tidak akan dihapuskan sebagaimana isu yang berkembang sekaligus black campaign yang ditujukan untuk menyerang pak JW-JK. Beliau beralasan, sesuai dengan rancangan visi dan misi kedua pasangan cawapres, bahwa guru merupakan elemen penting dari pendidikan, maka sepatutnya kesejahteraan guru harus diperhatikan. Termasuk tunjangan profesi yang saat ini dinikmati oleh guru-guru.

Termasuk beliau menyampaikan bahwa UN tetap diberlakukan karena dijadikan sebagai bahan untuk pemetaan. beliau pun beralasan karena dari tahun 60-an UN memang sudah ada, namun teknisnya mengalami perubahan format soalnya. Mengenai tetap diberlakukannya ujian nasional karena menurut beliau UN sebagai alat untuk melakukan pemetaan sekolah-sekolah dan melihat potensi dari anak didiknya. Beliaupun beranggapan bahwa pemerintah perlu mengadakan evaluasi terhadap jalannya UN termasuk mengevaluasi proses distribusi, pembuatan soal, dan teknis pelaksanaannya, agar UN benar-benar menjadi bagian penting dari pendidikan.

Pak JK pun menyampaikan bahwa awal pendidikan terbaik adalah dari rumah, khususnya ibu. Sehingga, pemerintah mesti menghormati peran ibu dan memberikan penghargaan kepada pada ibu karena perannya yang telah sukses mendidik anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun