Sebenarnya tulisan ini tak patut untuk disebarkan secara luas di media sosial Kompasiana. Tapi persoalan kurikulum juga merupakan persoalan yang urgent dan sangat berkaitan dengan kondisi pendidikan di Indonesia selanjutnya. Tentu ada baiknya saya tulis ini sebagai sharing dari seorang guru yang mengaku sebagai tim penyusunan buku untuk Kurikulum 2013.
Meskipun beliau menceritakan dengan gamblang, tapi saya tidak bisa menyebutkan siapa sebenarnya sosok yang jujur mengisahkan kronologis dibuatnya buku-buku penunjang pembelajaran tersebut. Beliau berkisah di sebuah hotel bilangan Jogjakarta beberapa waktu lalu.
Singkat cerita, sosok yang kebetulan pernah diikutkan dalam acara penyusunan buku pelajaran untuk kurikulum 2013 tersebut mengatakan bahwa hakekatnya buku-buku yang disusun, diterbitkan dan dibagikan ke sekolah-sekolah di Indonesia hakekatnya dibuat oleh para guru yang dianggap berdedikasi. Para guru tersebut memenuhi undangan dari direktorat pendidikan yang menaungi masing-masing wilayah tugasnya. Kebetulan beliau di undang bersama-sama dengan guru-guru lain yang juga mendapatkan undangan khusus demi suksesnya penerbitan buku nasional tersebut. Tanpa menunggu lama, para guru inipun hadir dan beberapa hari mereka mengikuti kegiatan dimaksud.
Meskipun para guru tersebut termasuk golongan yang lumayan sudah tinggi dari segi kepangkatan dan mereka sudah dianggap guru berprestasi ternyata bukan tidak menemui kendala yang berarti. Faktanya meskipun setiap guru diberikan tugas untuk menyusun sesuai dengan bidang pelajaran yang dikuasai dan dinaungi di sekolah masing-masing toh masih ada saja guru-guru yang tidak menguasai bidang tugasnya. Ketika mendengar kisahnya saya hanya bisa mengangguk-angguk tanda mafhum, bahwa tidak semua guru yang diundang benar-benar memahami teknis pembuatan buku. Apalagi buku yang dibuat berstandar nasional. Jangankan membuat buku yang berstandar nasional ala biasa seperti kurikulum sebelum-sebelumnya, karena pada kurilumum 2013 ini lebih sulit.
Kalau biasanya guru bisa sedikit meniru pola penulisan buku seperti buku yang sudah beredar, karena pada saat itu buku yang dususun harus sesuai dengan kurikulum terbaru, maka tak ayal banyak guru yang kelimpungan dan kesulitan. Mereka terperangah tatkala disuguhi pekerjaan menyusun buku, padahal mereka belum sama sekali membuat buku. Jangankan membuat buku kurikulum 2013 yang sangat rumit, Membuat modul untuk KTSP saja mereka masih terseok-seok.
Hari pertama hingga di akhir acara tersebut ternyata belum juga menghasilkan buku yang diinginkan. Bahkan saking bingungnya meskipun draft buku sudah dicetak di diserahkan ke panitia, ternyata semua hasil tersebut dikembalikan lagi karena dianggap tak sesuai. Kembali lagi para penyusun buku menemui kesulitan dan kebingungan lantaran ketidak siapan sumber daya yang ada.
Tidak hanya ketidak mampuan dalam menyusun konsep, karena ada di antara guru tersebut yang sama sekali tidak melek teknologi, seandainya mereka bisa komputer dan program yang dibutuhkan dalam menyusun buku tersebut, toh faktanya tidak semua menguasai seratus persen. Bahkan banyak yang grotal-gratul alias bisa-bisaan saja.
Maklum saja, meskipun berhari-hari (tanpa disebutkan berapa hari pelaksanaan) kegiatan dilaksanakan, mereka tak juga bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hingga penutupan acara pun tak satu buku dapat diselesaikan. Saya pun memaklumi cerita tersebut, lantaran tak mudah kog menyusun buku yang tebal tak kurang dari 100 halaman. Apalagi konsepnya sangat berbeda dari buku-buku sebelumnya.
Mendengar cerita tersebut, meskipun saya memaklumi, saya jadi berfikir alangkah sia-sianya pemerintah mengundang para guru tersebut jika tidak bisa memenuhi harapan panitia penyusunan buku. Entahlah, apakah sepatutnya para guru profesional tersebut tak sepatutnya diundang membuat buku. Padahal secara teori, ketika mereka sudah menjadi guru di masing-masing institusi, maka sudah dapat dimungkinkan mereka akan menguasai materi apa yang diajarkan.Tapi sekali lagi, kurikulum 2013 berbeda jauh lebih rumit dibandingkan kurikulum KTSP.
Hingga Oktober 2014, Buku Pelajaran dan Kurikulum 2013 belum sepenuhnya tuntas
Terlepas dari ketidak mampuan para undangan pelatihan kurikulum 2013 sekaligus menjadi sasaran program pembuatan buku nasional ternyata sampai bulan Oktober 2014 ini belum sepenuhnya buku selesai didistribusikan. Hal tersebut saya ketahui lantaran buku yang sudah ada di meja guru baru buku pelajaran untuk kelas 1, 4 dan 7. Jadi untuk kelas-kelas yang lain terpaksa menggunakan kurikulum yang lama.