Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Polemik Emosional Ustadz Hariri. Beliau Juga Manusia Biasa

15 Februari 2014   04:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada yang membuat fikiran saya menjadi bertanya-tanya, apakah gerangan yang terjadi di jagad media. Youtube yang biasanya adem ayem dan tenang-tenang saja, kini tengah menjadi buah bibir lantaran beredar video yang cukup mencengangkan bagi saya sendiri. Yakni sikap ustadz Hariri yang sejatinya saya anggap sudah sangat kelewatan, bahkan mungkin para penonton video tersebut, tanpa tedeng aleng-aleng langsung berucap "ustadz gak bener" dan serentetan cercaan dari orang-orang yang tanpa sengaja atau dengan sengaja ingin melihat video dengan durasi pendek tersebut.

Awalnya saya berfikir bahwa yang dilakukan oleh Ustadz Hariri adalah hal yang biasa-biasa saja, akan tetapi jika dilihat konteks dan situasi di mana beliau tengah memberikan ceramah dalam sebuah pengajian akbar, sejatinya apa yang dilakukan beliau sudah keluar dari konteks seorang dai yang sejatinya pantas ditiru dan dijadikan panutan segala ucapan, perbuatan maupun sikapnya terhadap orang lain. Bahkan MUI sendiri sempat memberikan komentar bahwa semestinya ustadz Hariri tidak emosional dalam menanggapi sikap orang lain yang kurang mengenakkan di hati, akan tetapi harus tetap dalam kendali lemah lembut dan kesabaran tatkala mengingatkan sesuatu yang keliru.

Yang lebih parah lagi, di saat Ustadz Hariri menumpahkan emosinya kepada seorang oprator sound system yang dianggap kurang menghargai beliau. Sedangkan di hadapan beliau tengah duduk ratusan jamaah baik orang dewasa atau anak-anak yang ikut menyaksikan kejadian tersebut. Sehingga patutlah dianggap kesalahan fatal bagi seorang pendakwah.

Fenomena seorang ustadz memang akhir-akhir ini mengundang pro dan kontra, di mana seringkali hal-hal yang sejatinya sudah diselesaikan dengan cara yang baik, harus dibuka kembali dan dibumbu-bumbui sehingga permasalahan yang semestinya sudah finish ternyata harus diunggah di media internet. tak pelak mengundang hujatan dan celaan yang berujung pada sanksi sosial yang berlebih-lebihan pada diri seorang pendidik agama. Seperti halnya kasus Ustadz Yusuf Mansur yang sempat menjadi bahan gunjingan dan perdebatan yang cukup panas lantaran mengeluarkan program sedekah bisnis, ada pula kasus yang dialami oleh ustadz Solmed yang menurut pengakuan jamaah di Hongkong bahwa beliau meminta honor yang terlampau tinggi, dan juga kasus yang menimpa keluarga almarhum Ustadz Jefri Al Bukhori yang juga menjadi fenomena dan membutuhkan waktu yang tak sedikit untuk mendinginkan situasi panas tersebut.

Semua fenomena tersebut kerap terjadi pada seorang ustadz termasuk kejadian yang terjadi  pada Ustadz Hariri seorang pendakwah lulusan kontes da'i di salah satu televisi swasta nasional beberapa waktu lalu.

Jika dilihat dari kacamatan masyarakat awam, sejatinya siapapun juga termasuk Ustadz Hariri adalah manusia biasa yang tidak akan lepas dari kekhilafan dan kekeliruan. Karena sifat manusia adalah penuh dengan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga siapapun yang mengakui dirinya manusia akan sangat menyadari dan mafhum bahwa siapapun akan mengalami kesalahan. Sehingga kejadian demi kejadian yang terjadi pada seorang ustadz adalah murni karena kekhilafan yang dilakukan oleh manusia biasa. Sebuah kewajaran dan semestinya dimaklumi, yang penting pelakunya segera menyadari kesalahannya dan meminta maaf serta tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Namun, apakah seorang audien dan penonton video tersebut dapat serta merta menyadari kelemahan manusia tersebut? Sepertinya ada yang mafhum ada pula yang tidak. Bagi yang menyadari kekeliruan tersebut tentu saja tidak memperpanjang masalah hingga berlarut-larut dan takkan memberikan komentar yang justru memperkeruh suasana. Namun bagi yang tidak memahami hakekat kemanusiaan, maka mereka akan melakukan tindakan yang kontraproduktif. Alih-alih memberikan komentar yang menyejukkan tapi justru malah membuat komentar dan celaan yang sangat menyinggung pribadi seseorang. Walaupun pelaku kesalahan tersebut dan korbannya sudah saling memaafkan. Namun karena unsur X maka ada saja pihak-pihak yang sengaja memancing situasi yang semakin runyam. Namun demikian, bagi Ustadz Hariri sejatinya sebuah celaan dan gunjingan semestinya dijadikan bahan renungan dan koreksi bahwa semua manusia hakekatnya memiliki kelemahan dan suatu saat akan melakukan kesalahan.

Berkaca pada kasus tersebut, siapapun kita sejatinya harus selalu mawas diri dan introspeksi diri bahwa setiap manusia suatu saat akan mengalami kesalahan. Akan tetapi sikap yang bijak dan berfikir yang arif sebelum melakukan tindakan sepatutnya didahulukan dan diutamakan. Karena sedikit saja kita lepas kendali maka akan merusak segala-galanya. Ibarat karena nila setitik, rusaklah susu sebelanga. Panas setahun dihapus dengan hujan sehari. Kebaikan yang pernah kita tanam akan musnah begitu saja tatkala kesalahan telah kita lakukan.

Salam

Metro, 14-2-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun