Sejak petang tadi, saya membaca di beberapa media memberitakan tentang jatuhnya pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia ini. Kasus kedua yang terjadi pada pesawat komersil mereka setelah belum lama ini MH370 pun jatuh dan belum diketahui keberadaannya. Semua pengamat memberikan opini dan ilustrasi, mereka menanggapi menurut kacamata "kepentingan" mereka terhadap maskapai ini. Ada yang menanggapi secara datar bahwa hilangnya pesawat MH370 murni karena kerusakan mesin. Namun, ada pula yang secara terang-terangan yang menganggap bahwa MH370 adalah ulah para teroris. Meskipun mereka tidak dapat menyebutkan secara tegas siapa teroris yang mereka maksudkan.
Berselang beberapa bulan setelah kasus MH370 yang juga belum tuntas, ternyata MH17 pun menuai perhatian dari beberapa penjuru dunia. Tidak hanya kalangan sipil yang turut larut dalam berita ini, para keluarga korban yang sudah pasti kehilangan pun seperti tidak percaya kenapa pesawat ini jatuh dan mengakibatkan 295 penumpangnya tewas sia-sia. Padahal sebelum keberangkatan para korban sudah berkirim-kirim foto bahwa mereka akan melakukan mudik karena ingin berlebaran bersama keluarga mereka.
Tidak hanya keluarga muslim yang menjadi korban, karena para aktivis dan peneliti AIDS pun ikut menjadi korban, tidak hanya warga Malaysia, Indonesia, karena di dalamnya warga negara Belanda, Australia dan Amerika pun turut menjadi korban. Korban demi korban berjatuhan tanpa diketahui siapa sebenarnya pelaku kejahatan ini dan apa motif sebenarnya.
Jika meruntut secara sederhana kasus jatuhnya pesawat milik maskapai Malaysia ini pun sejatinya bisa saja merupakan rekayasa politik. Ada beberapa alasan yang turut menjadi pertimbangan kenapa ada sosok rahasia yang mau membunuh penumbang pesawat ini.
Pertama, kasus ini bisa bermuatan politis, tatkala semua mata dunia tertuju pada penyerangan Israel terhadap Palestina di wilayah Gaza hingga menewaskan lebih dari dua ratus warga sipil, pelaku penembakan tersebut membuat strategi lempar batu sembunyi tangan. Para pembela Palestina semakin mengecam Israel dan secara tidak langsung turut mengecam Amerika karena membantu Israel. Dan terlebih mengecam PBB karena tidak dapat menyelesaikan sengketa di jalur Gaza tersebut.
Maka amat wajar, jika sosok di belakang jatuhnya pesawat MH17 dapat diduga orang-orang yang mendukung Israel. Pelaku penembakan tersebut ingin mengalihkan perhatian masyarakat dunia pada kepedihan bangsa Palestina dan mereka secara perlahan ingin mengalihkan perhatian dunia pada kasus jatuhnya MH17.
Jika ternyata ini adalah propaganda politik siapapun akan dapat menunjuk siapa sebenarnya dalang dari jatuhnya pesawat Malaysia ini. Bahkan para pengamat menduga bahwa hanya yang memiliki senjata canggihlah yang bisa menjatuhkan pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines. Seperti pula jatuhnya pesawat MH370 yang juga menuai banyak opini dan kontroversi apa misi sebenarnya dibalik jatuhnya pesawat penumpang ini.
Kedua, jatuhnya pesawat MH17 merupakan usaha menggiring bangsa-bangsa yang awalnya tidak terlibat konflik di Ukraina yang melibatkan Rusia dan AS menjadi "secara terpaksa" ikut terlibat. Sebab, jika para ahli menuduh pelakunya adalah milisi pro Rusia berarti negara-negara tersebut akan menuduh Rusialah hakekatnya dalang jatuhnya pesawat ini. Tentu saja Malaysia, Belanda, Indonesia, Australia dan AS menjadi negara sekutu yang secara tidak langsung ikut menghakimi Rusia atas kejahatan yang dituduhkan kepada negara tersebut. Meskipun tidak ada satupun bukti bahwa Rusialah atau Milisi pro Rusialah yang melakukannya.
Sebuah rekayasa politik serba mungkin dilakukan demi mencapai tujuan dan kepentingan dan karena ingin mendapatkan legitimasi dunia bahwa apa yang dilakukannya adalah benar meski dengan rekayasa murahan.
Ketiga, jatuhnya MH17 sama dengan jatuhnya MH370 adalah murni persoalan bisnis. Siapa sih yang mau negara lain atau maskapai penerbangan lain menjadi maju? Sepertinya pelaku bisnis banyak berpola dengan cara-cara yang licik. Mereka sengaja menjatuhkan reputasi penerbangan milik Malaysia ini agar para pengguna pesawat ini menjadi "ogah" dan beralih pada maskapai penerbangan lain yang dianggap lebih aman. Hal ini terbukti, akibat kasus kecelakaan dua pesawat di tahun yang sama, penerbangan Malaysia mengalami penurunan dan tentu saja berimbas pada faktor penilaian konsumen terhadap layak dan tidaknya sebuah maskapai penerbangan. Jika ternyata kasus ini benar-benar karena konspirasi bisnis berarti secara perlahan maskapai penerbangan Malaysia siap-siap mengalami kebangkrutan.
Seandainya bukan karena persoalan bisnis dari lawan, dan menganggap bahwa pelakunya adalah para teroris yang notabene kata "teroris" merujuk pada kelompok Islam, maka semakin lengkap sudah penderitaan umat Islam karena bermacam-macam stempel kejahatan "rekayasa" yang disematkan kepada umat ini.