[caption id="attachment_346152" align="aligncenter" width="275" caption="Ilustrasi: Pemimpin / pontianak.tribunnews.com"][/caption]
Tak mudah menjadi pemimpin dan tak seenteng menjadi rakyat. Dan amat lumrah apabila sebuah negara menjadi maju dan bersaing dengan negara-negara lain apabila pemimpinnya adalah sosok pekerja keras, pekerja cerdas dan pekerja ikhlas. Pekerja dalam hal ini bukan hanya mengeluarkan keringat saja, tapi mengerahkan seluruh tubuh demi menjalankan tugasnya sehari-hari demi negara dan rakyat yang dipimpinnya.
Tenaganya dia habiskan untuk melihat secara langsung kondisi pemerintahan dan rakyatnya, pikirannya dicurahkan untuk memikirkan masa depan negaranya, dan tentu saja jiwanya pun bekerja melalui doa-doa demi kedamaian rakyatnya. Pemimpin ini akan selalu melihat bagaimana wajah rakyatnya, tengah berbahagia, atau tengah diselimuti duka nestapa karena kekurangan. Dan pemimpin model ini, akan selalu dinantikan semua umat dan dari semua agama, karena mereka selalu ada tatkala rakyat membutuhkan. Mereka bisa menyelesaikan persoalan setelah melihat secara langsung kondisi rakyatnya. Bukan justru duduk manis dan menikmati kemewahan, sedangkan rakyatnya menderita kelaparan.
Melihat ciri-ciri pemimpin pekerja adalah khalifah Umar bin Khattab dan mungkin pemimpin-pemimpin lain di dunia. Sosok yang sederhana yang selalu melihat bagaimana kondisi rakyatnya kala itu. Bahkan karena kerendahan hati dan ketinggian budinya, khalifah umar tak pernah pamer bahwa dirinya adalah pemimpinnya, tapi berusaha menunjukkan jati diri seorang pemimpin yang harus memimpin, melindungi dan melayani rakyatnya dengan sepenuh hati. Dan yang menarik dari kepribadian sosok Umar bin Khattab adalah beliau selalu mengajarkan kepada anaknya agar hidup sederhana dan tidak terlalu terhanyut dalam kemewahan. Semoga Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu tetap menjadi teladan bagi pemimpin dan rakyat negeri ini.
Tapi, apa urgensinya ketika berbicara tentang pemimpin dengan rakyatnya? Tentu saja ada banyak dimensi yang ikut memperkaya khasanah makna memimpin rakyat yang harus dihadapi oleh calon pemimpin negeri ini.
1. Pemimpin pekerja keras adalah musuh pegawai dan rakyat yang pemalas tapi teladan bagi pekerja keras pula
Pemimpin yang pekerja keras, selalu berhadapan dengan para pegawainya yang pemalas. Bahkan sebelum para pemimpin ini menempati jabatannya, para pegawai ini justru berlomba-lomba dengan bermacam-macam cara agar pemimpin yang mau bekerja keras ini dapat disingkirkan. Bahkan kalau bisa lenyap dari muka bumi. Tentu saja karena banyak pegawai pemerintah saat ini yang justru berleha-leha dengan jabatannya, mereka lupa bahwa jabatannya adalah amanat yang berat dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Adakalanya para pegawai ini bekerja semau sendiri, main perintah sedangkan dirinya tidak melakukan apapun. Wajar saja rakyat yang seharusnya dilayani oleh para pegawai ini justru semakin sengsara. Melihat para ngarso dalem yang tak disiplin bekerja, imbasnya ada banyak persoalan yang muncul, kemiskinan, pendidikan yang kocar-kacir, dan kondisi sosial yang semakin berada di titik didih. Penuh konflik dan pertentangan.
Semua diawali karena pemimpin dan pegawai yang malas. Mereka sibuk dengan kegiatan yang tak bermanfaat dan lebih dari itu tujuan hidup mereka semata-mata hanyalah untuk memperkaya diri secara bathil.
Namun, karena sikap pekerja keras pemimpinnya dan para pegawainya, maka secara otomatis rakyatnya pun akan mencontoh bagaimana tindak laku dari para pemimpinnya. Begitu pula jika pemimpinnya seorang yang bermental korup, maka rakyatpun akan mencontoh prilaku pemimpinnya.
2. Pemimpin yang sederhana, pegawai dan rakyatnya ikut sederhana