Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang Muslim yang Tak Pernah Memahami Hadits Nabi (Bag2)

26 Mei 2014   05:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya menulis ini semata-mata sebagai bentuk keprihatinan yang dalam atas ulah petinggi negeri yang notabene beragama Islam. Bukan bermaksud mencela atau merendahkan umat Islam, tapi semata-mata bahan koreksi bahwa terlalu berharganya agama ini jika harus dihuni penganut yang bermental serakah dan keji.

Semoga saja kita semua sadar bahwa negara ini tidak hanya membutuhkan kedok islamis, tapi membutuhkan sosok pemimpin muslim yang benar-benar mengikuti ajaran nabi dan mengikuti langkah-langkah para khulafaurrasyidin. Mereka memegang jabatan sebagai amanah bukan sebagai bentuk kesempatan untuk memperkaya diri dengan cara yang tak patut.

Meskipun saya sendiri tidak sempurna dan memiliki banyak kesalahan dan dosa, tapi sepatutnya sebagai sesama muslim harus saling mengingatkan karena dalam Firman Allah disebutkan "wattawaa shoubil-haqqi watawaa shoubish-shobri" saling nasehat-menasehati agar menetapi kebenaran dan saling nasehat menasehati agar menetapi kesabaran. Sehingga sepatutnya kita semua memiliki keinginan yang sama agar negara ini benar-benar dipimpin oleh pemimpin amanah.

Sebagaimana yang telah saya tuliskan di sini, bahwa sampai saat ini, kasus korupsi masih saja menjadi primadona. bahkan sepertinya dianggap kasus biasa tatkala berita tersebar di mana-mana. Entah di media cetak maupun elektronik. Si pelaku seperti kebal dengan pemberitaan yang mengaitkannya dengan kasus korupsi yang terjadi. Alih alih merasa menyesal dan mengakui perbuatannya, tapi justru bergaya sok suci, berusaha menutup kebobrokan dengan dalih dan alasan yang dibuat-buat. Tidak lain dan tidak bukan agar kasus tersebut menjadi clear atau dipeti-es kan dan para pelaku bebas dari sangkaan dan hukuman.

Padahal sepatutnya, jika memang merasa sudah menikmati uang korupsi ya mengaku saja, dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia sebagai bentuk penyesalan atas kekhilafan, lebih dari itu juga meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk penyesalan dan bersedia dihukum atas kesalahan yang dilakukan.

Namun anehnya tatkala mereka bisa menikmati uang rakyat dan dinikmati bersama kroni-kroninya, mereka tak sadar bahwa suatu saat perbuatannya akan terbongkar. Cepat atau lambat semua akan dibukakan kepada publik semua kesalahannya. Sunatullah dan tak dapat dihindari sedikitpun. Hal tersebut dikarenakan bahwa yang hak tetaplah hak dan yang batil tetaplah batil. Tak perlu menutup diri dan mencari kambing hitam atas kesalahan. Terima saja jika memang benar-benar melakukan kesalahan.

Selain karena sia-sia saja melawan, toh akhirnya ketika bukti-bukti dan saksi sudah cukup maka pelakunya pun akan dijerat sesuai dengan kesalahannya.

Qulil haq walau kaana murron (katakanlah yang hak meskipun itu pahit). Sampaikan saja jika itu sebuah kesalahan tak perlu ditutup-tutupi apalagi dengan menggunakan dalil-dalil Al-Qur'an sebagai alibi dan penguat alasan. Namun andaikan saja kasus itu adalah kasus berjamaah, buktikan di depan hukum bahwa tindakan tersebut benar-benar dilakukan secara bersama-sama. Jadi setiap pelakunya akan merasakan pahitnya hukuman yang diberikan.

Toh, meskipun mereka dihukum, ketika mereka sudah mendapatkan hukuman yang pantas, maka keberadaannya akan kembali diterima oleh masyarakat di lingkungannya.

Tidak hanya kasus korupsi ibadah haji dan korupsi daging sapi yang dilakukan oleh tokoh Muslim, karena sampai saat ini saja sepertinya kita senantiasa mempermasalahkan persoalan SARA, khususnya persoalan China dan bukan China. Padahal sampai saat ini Indonesia juga dihuni oleh orang China (Tionghoa) mereka sama dengan kita, sama-sama mendapatkan hak untuk hidup dan membangun kehidupan dengan masyarakat lainnya. Sama saja seperti keturunan Arab, India, Pakistan, AS atau Australia sekalipun. Karena keberadaan mereka legal (sah) dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Bahkan banyak pula masyarakat China yang menganut Islam.

Apakah umat Islam harus membenci China? Tentu jawabannya tidak bukan? Karena dalam Hadits Nabi pun jelas Beliau menjelaskan bahwa uthlubul 'ilma walau bishiin (tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China). Nabi saja menghormati bangsa China karena kelebihan mereka dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman bisnis. Dan tentu saja pada persoalan muamalah (perniagaan dan pengetahuan) dan bukan persoalan akidah. Terbukti sampai saat ini China menempati posisi sebagai negara yang mampu mendominasi ekonomi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun