Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musibah Badai Pasir dan Jatuhnya Crane, Adalah Hukuman?

12 September 2015   21:09 Diperbarui: 13 September 2015   04:24 3945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Musibah jatuhnya crane di Masjidil Haram Mekkah, Arab Saudi (kompas.com)"][/caption]

Paling tidak beberapa pertanyaan dan pernyataan yang tendensius sempat mengemuka, jika dikaitkan dengan bencana badai pasir yang menerjang tanah suci Mekah Arab Saudi. Bahkan yang baru saja terjadi adalah jatuhnya crane di atas kubah masjidil haram hinggan menewaskan puluhan jamaah haji. Di antaranya ada yang berasal dari Indonesia.

Seperti pernyataan "Wah, apa ini pertanda bahwa Arab Saudi diberikan musibah lantaran berkonflik dan membombardir Houty" . Di mana kelompok tersebut dianggap ekstrimis yang secara tidak langsung segera mengganggu kenyamanan ibadah haji. Maka tidak ada jalan lain bagi Arab Saudi untuk nimbrung membantu Yaman dalam melepaskan cengkraman dari sekelompok muslim yang dianggap radikal ini. Atau pernyataan lain seperti "ini pertanda kiamat segera datang", hingga sebagian masyarakat muslim menjadi panik dengan pernyataan tersebut.

Pernyataan dan pertanyaan yang mengemuka hakekatnya pengaruh informasi yang terkadang berasal dari satu media mainstream belaka, tanpa menimbang media lain yang berbeda pemahaman. Atau boleh jadi memang pemahaman si pembaca atau pendengar berita yang mengecap negatif terhadap apapun yang terjadi pada kelompok tertentu. Bisa karena perbedaan pandangan atau paham yang dianut masing-masing kelompok. Sehingga, secara sepihak menilai bencana apapun yang terjadi sebagai wujud "murka Tuhan" atau dalam Islam disebut sebagai "Azab Allah" terhadap hambanya yang tidak beriman.

Boleh saja menganggap demikian, dan mempercayai bahwa segala musibah itu karena tanda-tanda hari kiamat sudah mulai dekat, karena umat muslim wajib mempercayai setiap tanda-tanda kehadiran hari akhir tersebut. Namun bukan berarti memunculkan pemahaman bahwa setiap bencana merupakan titik awal jatuhnya masa di mana dunia akan berakhir selamanya. Padahal kadangkala apa yang terjadi merupakan sebuah ujian kesabaran kepada manusia.

Tak hanya pernyataan yang berkaitan dengan Murka Tuhan dan tibanya hari kiamat tersebut, yang kebetulan terjadi di Arab Saudi yang notabene saat ini umat Islam tengah menjalankan rukun Islam ke-5 tersebut, karena di belahan bumi lain pun acapkali muncul pernyataan yang juga miring dan tendensius terhadap bencana yang terjadi. Seperti bencana gempa bumi di Jepang, Banjir di China, Topan di Amerika Serikat, dan beberapa wilayah yang berbeda dan kebetulan di wilayah tersebut umat Islam amat minoritas. Lantas, muncul pernyataan negatif, "Tuh, negara-negara yang tersesat mendapatkan bencana dahsyat sebagai balasan atas  perbuatan mereka". Atau pernyataan lain yang notabene menjudge bahwa segala macam bencana itu murni Murka Tuhan karena suatu kaum telah melakukan pelanggaran. Hingga berpuluh-puluh pernyataan muncul yang turut memancing sentimen kelompok tertentu atas nama agama. Padahal kita tahu bahwa mereka yang terkena bencana tengah berduka dan membutuhkan uluran tangan, bukan justru hujatan dan celaan yang tak berguna.

Lantas, jika dikembalikan kepada negara lain yang sepaham, apakah bisa dikatakan sebagai murni karena Laknat Tuhan? Tentu hanya Tuhan yang tahu, dan ternyata semua bencana itu datang silih berganti terjadi di seluruh belahan bumi. Entah itu longsor, badai, banjir, gempa bumi, kebakaran, dan lain sebagainya ternyata datang begitu saja tidak memandang di manakah bencana itu telah mengguncang.

Akhirnya, setiap bencana dan musibah itu adalah murni ujian dari pemilik semesta, agar semua kembali kepada kedamaian. Tidak saling menghina atas nama keyakinan, apalagi sampai terjadi bunuh-bunuhan karena perbedaan pandangan dalam agama. Amat tidak diperkenankan jika perbedaan pandangan itu menjadi alat untuk menghujat dan menghina, apalagi sesama agama yang notabene berkiblat pada satu Tuhan. Tentu menjadi catatan buruk pencapaian peradaban manusia di abad ini.

Semoga dunia Islam segera menemui jalan kedamaian, gencatan senjata adalah salah satu pilihan terbaik dibandingkan memperturutkan ambisi kekuasaan. Tak hanya dunia Islam, karena kedamaian adalah harapan semua negara.

Dan semoga Allah segera mengakhiri bencana di Arab Saudi, memberikan ketabahan pada keluarga korban atas musibah tersebut. Dan semoga saja semua korban mendapatkan tempat yang Indah dan layak di sisi Allah SWT. aamiin

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun