Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Memory) Bencana Itu

3 Juni 2015   12:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

Malam itu suasana begitu tenang

Cahaya temaram selimuti cakrawala

Insan-insan tertidur lelap dalam gelap malam

Angin semilir menghanyutkan mimpi-mimpi malam semakin dalam

 

Dalam keheningan malam itu

Tak kusangka bumiku kembali terguncang

Air bah tiba-tiba tertumpah menghantam segalanya

Teriakan dan tangisan air mata menyeruak dikeheningan malam

 

Kala itu .... bumi begetar tergoncang maha dahsyat

Asap mengepul membumbung gelapkan suasana

Magma tertumpah semburatkan api membara

Membakar segalanya tanpa tersisa

 

Dalam keheningan malam itu

Hadirkan kembali selaksa luka dan puing-puing kehancuran

Jiwa-jiwa tenang kembali menangis meratapi bencana

Berteriak, mengerang-erang kesakitan, tubuh lemah tak berdaya

 

Kini .....negeriku kembali menangis pilu

lautan air tertumpah di tengah-tengah tawa kami

tak satupun kami sadar bencana dahsyat itu kan datang

tenggelamkan sejengkal bumi yang kini dihuni

 

Tubuh-tubuh lemah tertimbun longsoran tanah

Terjebak, terinjak, tertelan bumi yang marah

Berteriak, memohon diselamatkan

Jangan biarkan diriku mati disini

 

Ku kira Indonesia tak lagi tenggelam dalam kepedihan

ternyata bencana demi bencana kembali datang

teruruk dalam raungan sukma mengiris dada

menggilas jiwa tenang dalam bongkahan duka

 

Mungkinkah salah kita?

Mengapa bumi masih saja kita perdaya?

demi kepuasan, hutanpun rusak binasa

semua karena nafsu-nafsu serakah dunia

lupakan tangisan bumi pertiwi yang mulai renta

 

Kini, tinggal puing-puing kayu tak bernyawa

menangis, merintih, takut tatkala bencana kembali datang

menghantam semua tanpa tersisa

tinggalkan duka nestapa tak sirna jua

 

Ya Allah Ya Tuhan kami

Berikanlah kami kekuatan dan ketabahan

Agar kami tegar menghadapi setiap ujian dariMu

demi bangkitnya jiwa raga kami

membangun bersama bumi pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun