Benar kata orang, hidup itu gak perlu dibuat ribet dan susah. Gak perlu banyak teori yang membuat pusing kepala. Karena segala macam teori sudah banyak dihasilkan para ilmuan dari semua dimensi ilmu. Namun demikian, segala macam teori itu sepatutnya seperti singkong busuk di dalam karung, meski bermanfaat tapi karena tak dimanfaatkan tetap saja tak berharga, menggali sumur yang amat dalam tapi kita malas menimba airnya.
Berbicara tentang konsep go greeen (apa kira2 yuk pada menghijau? hehe) emangnya pepohonan?. Setiap orang sudah paham dengan konsep go green yaitu melindungi alam semesta dari kerusakan lingkungan. Banyak silang pendapat bagaimana konsep go green diterapkan sehingga diskusi tentang konsep ini sampai meledak-ledak dan mulut sampai berbusa-busa lantaran "ngotot" menganggap konsep go greennya yang paling tepat. Padahal ya semuanya tepat tinggal pengejawantahannya saja yang perlu digiatkan.
Sebut saja konsep go green dengan ide membangun taman kota dipenuhi tanaman-tanaman yang menghiasi taman. Tak sedikit dana digelontorkan demi pembuatan taman kota ini. Bahkan sampai-sampai kepala derah harus ribut-ribut dengan KPK karena dianggap melakukan mark-up ketika membeli aneka tanaman, ditambah lagi pengerjaannya yang tak juga selesai. Uang habis konsep go greennya gak jalan-jalan. Gimana tuh?
Ada juga yang memiliki ide bagaimana mendaur ulang sampah, setiap hari berteori bahwa sampah itu harus didaur ulang tapi yang ngomong tak pernah mendaur ulang secara pribadi. Jangankan mengolah sampah di perkotaan, memanfaatkan sampah yang ada di rumahnya saja kagak dilakukan.
Ada pula yang berkonsep go green itu mengembalikan hutan selayaknya jaman dahulu kala, tapi dia sama sekali tak pernah menyentuh bibit tanaman untuk di tanami di kebun atau pekarangan mereka. Teori dan retorika ya sekedar sampai di mulut saja. No action talk only, kata dalam iklan.
Padahal jika melihat konsep go green sudah cukup kita memahami bahwa paling tidak kita berusaha untuk menghemat pengeluaran minyak makan atau minyak bumi untuk kebutuhan kita, sedikit beraktifitas dengan kendaraan berbahan bakar minyak bumi karena asapnya juga akan merusak lingkungan. Dan diminimalisir penggunaan listrik rumah tangga karena juga akan memboroskan energi di dalam negeri.
Tapi itu semua juga tak pernah kita pikirkan. Sekali lagi padahal amat mudah menerapkan konsep go green itu dalam kehidupan kita. Menggunakan sepeda tatkala hendak ke kantor dan ke pasar yang masih terjangkau hakekatnya sudah menerapkan konsep go green. Tak perlu malu atau sungkan, karena dampaknya untuk diri kita sendiri. Peduli orang lain menganggap kita "miskin" karena hanya punya sepeda, atau dianggap orang "ngirit" alias pelit karena jarang make' kendaraan.
Kata orang so what gitu loh!! peduli amat orang mau bilang saya miskin atau bakhil yang penting saya mau pake sepeda ke kantor. Gak usah ribet gak usah banyak teori.... Gitu aja kog repot!
Sembari mengeluarkan sepeda butut mau pergi bekerja ngawulo. Di negeri sendiri.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI