[caption caption="Sang ayah bersiap-siap nyari air"][/caption]
Pagi tadi, saya sengaja berkunjung ke rumah keluarga di Lampung Timur, kebetulan kangen ingn berkumpul dan bercengkrama bersama keluarga besar. Selain sekedar berbagi rasa rindu, kami sengaja mengunjungi rumah Mbah (kakek) yang kebetulan tengah sakit. Satu sisi kami berbahagia karena bisa berkumpul, tapi disisi lain rasa sedih menyelimuti lantaran salah satu anggota keluarga ada yang mengalami musibah. Meskipun Mbah adalah adik dari Mbah dari Ibu, tapi kami sekeluarga besar tetap memanggilnya seperti mbah sendiri.
Semenjak berangkat dari Metro saya tidak berfikir bahwa nanti di tempat tujuan akan kesulitan air, lantaran dimana saya berdomisili saat ini sumur masih mengeluarkan air, meskipun ada beberapa rumah yang sudah kehilangan sumber air rumah tangga itu tapi di sumur sendiri air masih tersedia melimpah. Syukur alhamdulillah kami belum sempat "ngangsu" lantaran memang air masih tersedia. Saya pikir di Lampung Timur, khususnya di Desa Sukadana Ilir Kec. Sukadana ini kondisi air sumur juga sama, nyatanya setelah sampai di tempat tujuan saya sempat kebingungan lantaran sumur-sumur sudah pada kering kerontang.
Tadinya saya enjoy saja karena tiba saatnya mandi, ee ketika kutanya terkait persediaan air, ternyata air sudah tidak ada lagi. Waduh repot nih, harus ngangsu ke tempat lain di salah satu rumah tetangga. Ternyata ketika saya mau menuju lokasi pengambilan air tersebut, saat ini kondisi air juga mulai habis dan air bercampur lumpur. Alhamdulillah kondisi air di sumur masjid masih melimpah, jadi saya bisa menikmati mandi dengan air yang bersih dan menyegarkan.
Fenomena kekeringan di Lampung memang hampir sama, yaitu kurang lebih dua bulan sudah tidak ada lagi pasokan air di sumur masyarakat. Meskipun ada dapat dihitung jari. Apalagi di daerah perdesaan dengan lahan pertaniannnya perkebunan singkong, tanah-tanah sudah kering dan rumput tak luput dari kekeringan pula. Bahkan sebagian besar pepohonan coklat dan mangga sudah ada yang meranggas. Beruntung masih hidup meskipun sudah sedikit layu. Seandainya sebulan lagi tidak turun hujan, maka dampaknya amat mengkhawatirkan. Tanaman-tanaman tersebut bisa mengering dan mati. Sedih sekali tanaman yang sudah dirawat bertahun-tahun jika mati sia-sia.
Dan kurang lebih sejak bulan Juli sudah tidak turun hujan. Debu-debu bertebaran di sepanjang jalan, dan rumput-rumput sudah banyak yang mengering. Kasihan sekali masyarakat di sini, mereka harus "mengangsu" dengan derigen demi mendapatkan air untuk mandi, mencuci dan memasak. Lebih kasihan lagi para peternak konvensional yang mengandalkan pakan ternaknya dari rumput di perladangan, tentu saat ini amat kerepotan.
Keluhan akibat kekeringan di Kota Metro boleh jadi tidak separah yang terjadi di Lampung Timur, pasalnya karena di Kota Metro sebagian besar pertaniannya adalah irigasi, jadi ketika air ledeng masih mengalir meskipun debitnya sedikit, maka sumur petani masih bisa menyimpan air. Nah, kalau di Lampung Timur di mana keluarga saya tinggal, sudah sulit mencari air bersih. Jika ketemu sumur yang masih menyimpan air, kondisinya sudah mulai bercampur lumpur. Boleh jadi sebulan lagi juga sumur-sumur tersebut akan benar-benar mengering. "Mudah-mudahan mas sebulan lagi turun hujan". Kata salah satu warga desa yang saya temui tatkala saya hendak menuju sumur masjid setempat.
[caption caption="Tanaman mulai mengering, sebulan lagi tidak ada hujan mungkin akan mati (doc. pribadi)"]
Masyarakat kekurangan air, Pemda setempat berdiam diri
Melihat keluhan masyarakat ini pun saya menanyakan apakah pemerintah daerah sudah memberikan bantuan air bersih selama masa kekeringan ini? "Belum mas", kata salah satu penduduk. Jadi meskipun berbulan-bulan tidak ada air, pemerintah tidak merespon keluhan masyarakatnya. Sungguh aneh bin ajaib. Di saat masyarakat tengah membutuhkan uluran tangan wakil rakyat dan pemerintah daerah, ternyata mereka juga belum mendapatkan bantuan. Minimal bantuan mobil pengangkut air, atau sumur bor, ternyata sejauh ini belum ada perhatian.
Sebagaimana di jelaskan di muka, bahwa fenomena musim kemarau dan sumur yang mengering hakekatnya sudah sering terjadi di wilayah ini, masyarakat mengeluh dan menunggu perhatian Pemda setempat, tapi faktanya bertahun-tahun mengalami kekeringan dan ketiadaan air bersih sampai sekarang tidak juga mendapatkan solusi. Padahal dana pemerintah yang digelontorkan untuk daerah tidak sedikit, semestinya bisa mengangkat persoalan air tersebut.