[caption caption="Gambar : bicarabicara.wordpress.com"][/caption]
Kehidupan bahagia, semua orang merindukannya bukan? Begitupun penulis sendiri yang setiap waktu memohon pada Tuhan agar kehidupan rumah tangga dirahmati, menjadi keluarga sakinah, mawwadah wa rohmah. Bahkan sepertinya tidak ada satu orang pun yang menginginkan kehidupan rumah tangganya berantakan. Iya 'kan?
Saya teringat dalam sebuah ayat Al-Qur'an disebutkan, bahwa "kalian adalah pakaian mereka dan mereka adalah pakaian kalian". Maksudnya bahwa tujuan pernikahan adalah saling menjaga satu sama lain. Mereka saling menutupi kelemahan dan kekurangan dari memperolokkan di depan orang lain dan berusaha menutupinya sebagai wujud tanggung jawab sebagai suami istri.
Sungguh indah nian romantisme yang ingin diharapkan terjadi dalam rumah tangga. Sehingga keburukan dan kejelekan apapun akan tertutup oleh rasa pengertian satu sama lain. Bukan sebaliknya masing-masing pihak berusaha membongkar kebobrokan satu sama lain lantaran tak lagi cinta. Boleh jadi karena perselingkuhan atau perceraian yang berakibat munculnya kebencian.
Jika sejenak mundur ke belakang, apasih tujuan pernikahan itu? Apakah semata-mata kebutuhan seksualitas belaka? Tentu tidak, bukan?
Adalah ikatan pernikahan tentu merupakan fitrah sebagai manusia yang disyariatkan dalam agamanya, dengan tujuan melahirkan keturunan demi meneruskan estafet kehidupan selanjutnya.
Pernikahan tak semata-mata hanya kebutuhan syahwati, tapi lebih itu kebutuhan manusiawi yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhiratnya.
Mereka menghendaki pernikahan itu akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan kebahagiaan hingga ajal menjemput, bahkan semestinya hingga di alam keabadian mereka dipersatukan dalam surgaNya.
Bagaimana potret pernikahan di abad ini?
Boleh jadi pemahaman saya berbeda dengan para pembaca, lantaran ada beragam kondisi yang terjadi dalam ranah kehidupan rumah tangga. Ada yang begitu respect dengan pernikahannya, namun tak sedikit yang acuh tak acuh, seperti mendiamkan apapun yang terjadi di antara pasangan pernikahan.
Meskipun demikian, kepedulian semakin menipis dan seperti meranggas setelah cobaan silih berganti, ternyata justru perhatian berubah menjadi sikap saling membuka aib pasangannya. Tak tanggung-tanggung, jika dalam sebuah media cetak maupun internet, sudah tidak asing lagi jika pasangan yang awalnya begitu bahagia dengan ikatan perkawinannya, ternyata harus kandas oleh aneka prasangka di antara keduanya.