Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketika Nama Pejabat Pemerintah Dipakai Kedok Tuk Menipu Pegawai

8 Januari 2014   16:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sekedar catatan untuk meramaikan tema yang cukup banyak terjadi di sekitar kita. Penipuan yang cukup banyak menyita perhatian publik, entah para birokrat, kepolisian, pegawai negeri atau suasta. Bahkan kalangan ibu-ibu pun ada yang sampai-sampai jatuh pingsan lantaran uang yang ada di dalam rekeningnya tiba-tiba raib baik karena dicuri maupun karena terlalu percaya tipuan berkedok hadiah undian, stiker berhadiah di kemasan makanan, atau sekedar mempercayai SMS yang sangat membius para korbannya.

Bagaimana tidak jika sang korban sudah mempercayai isi informasi dalam SMS atau nomor telephon yang ada dalam kemasan, yang "katanya" nomor yang dapat dihubungi terkait hadiah yang dapat diambil harus kehilangan uang yang tidak sedikit. Uang yang sudah disimpannya dengan aman ternyata telah ditransfer pada seseorang yang tidak jelas asal muasalnya.  Wajar saja kini si korban hanya gigit jari dan menyesali atas apa yang telah diperbuatnya.

Begitu pula dengan kisah yang akan saya ceritakan di sini, bahwa beberapa bulan yang lalu, tepatnya di bulan Januari 2013 salah seorang Pagawai Negeri Sipil (PNS) harus kehilangan uang yang baru saja diperolehnya dari hasil sertivikasi yang memang menjadi haknya. Uang yang dia peroleh periode pencairan selama tiga bulan ini harus raib begitu saja tatkala mendapatkan telephon yang  ternyata seorang penipu.

Nama korbannya sebut saja Bu Lina, seorang pegawai di salah satu institusi pemerintah ini harus kehilangan uang sertivikasinya lantaran dijanjikan mendapatkan bantuan yang menurut si penelepon adalah pejabat dari Dirjen Dikdas di Jakarta. Mengaku bahwa si penelepon dapat mencairkan bantuan untuk sekolah yang saat ini dipimpinnya dengan nominal uang yang cukup besar. Dengan syarat harus menyetorkan sejumlah uang kira-kira 10 jt rupiah agar bantuan itu dapat segera dicairkan.

Karena minimnya pengalaman, Bu Lina pun langsung kalap, terperanjat dan sekoyong-konyong mempercayai apa yang dikatakan si penipu. Tanpa mau terbuka dengan teman-teman sekantor, dan bermaksud menyimpan rahasia tersebut maka Bu Lina langsung saja mentransfer sejumlah pada rekening yang sudah diberikan pada si penelepon. Dia pun merasa senang karena berharap apa yang menjadi cita-citanya selama ini dapat tercapai dengan bantuan pihak dari direktorat tersebut.

Namun, sayang sekali ketika uang sudah ditransfer dan Bu Lina menanyakan kejelasan mengenai bantuan tersebut, ternyata nomor yang tadinya dipakai untuk menghubunginya ternyata sudah dalam keadaan tidak aktif. Sontak saja wajah Bu Lina merah padam karena marah dan sadar dirinya telah ditipu. Namun wajahnya berubah menjadi pucat pasi, lantaran uang yang telah ia tunggu-tunggu selama tiga bulan harus hilang dengan seketika akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab.

Sayang sekali, bu Lina menyampaikan apa yang terjadi padanya setelah uangnya raib. Dan para teman sepekerjanya sangat menyayangkan kenapa tidak dari awal ketika sebelum terjadi transaksi. Bu Lina beralasan bahwa si penelepon memintanya jangan memberitahukan kepada siapapun lantaran bantuan ini hanya khusus diberikan kepada sekolah yang bersangkutan.

Kejadian penipuan dengan berkedok bantuan dari pusat tersebut hanya segelintir kasus penipuan yang sudah terorganisir dengan rapih.

Kasus kedua menimpa Sdr Paiman, seorang warga desa di Kec. Trimurjo ini harus kehilangan uang sebesar 80 juta rupiah, lantaran harus percaya SMS hadiah yang katanya dari undian televisi swasta di Jakarta.

Awal mula Sdr. Paiman menerima SMS yang cukup membuatnya bahagia, di mana dia menurut isi SMS tersebut mendapatkan hadiah sebuah Mobil Honda Jazz. Akan tetapi si paiman harus menyerahkan sejumlah uang sebagai uang pajak dan uang pengiriman yang katanya harus dibayarkan oleh penerima hadiah. Sontak saja karena saking senangnya, dan bisa jadi pengaruh magis (hipnotis) si penelepon yang waktu itu kebetulan si penelepon adalah seorang wanita. Dengan suaranya yang lembut si penelepon meyakinkan Sdr. Paiman agar mempercayai kata-katanya. Dengan catatan tidak boleh memberitahukan kepada pihak lain.

Ternyata Sdr. Paiman menurut saja apa kata-kata penipu, tanpa memberitahukan keluarganya dia langsung menjual sebidang sawah selebar setengah hektar dan laku sekitar 80 jt. Tanpa meminta saran dan petunjuk dari teman-teman dan keluarganya sdr. Paiman langsung saja mentransfer uang yang diminta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun