Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inkonsistensi Akbar Tanjung Terkait Jusuf Kalla dan Kader Partai Golkar Lainnya

30 Mei 2014   21:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Akbar Tanjung / news.detik.com

Sejenak saya memperhatikan para politisi memang menggelikan, kadang bingung mau bersikap apa melihat fenomena yang terus berkembang. Karena bingungnya menentukan sikap, semua seperti terkesan ambigu, memihak atau tidak. Melarang atau tidak melarang untuk menentukan pilihan. Dampaknya menjadikan para politisi harus ekstra hati-hati ketika memberikan statement. Jangan-jangan dengan statement tersebut justru akan berdampak menjadi sebuah cibiran dan berujung celaan. Seperti halnya ketika saya mendapati email yang berisi twitt dari Fadjroel Rahman, kebetulan saya mengikuti  kicauan beliau di Twitter. Kebetulan beliau men-share berita dari detik.com terkait ucapan Akbar Tanjung yang terlihat ambigu. Pasalnya dalam statement beliau selaku Dewan Pertimbangan Partai Golkar, mengatakan bahwa siapa saja yang membelot dari koalisi Golkar yang dibangun bersama Partai Gerindra yang akan mendukung Prabowo Subianto, maka semua kadernya harus hengkang atau bersedia diberhentikan dari Partai Golkar. Tapi sayang sekali justru pernyataan ini menjadi dimentahkan tatkala memberikan pengecualian kepada Jusuf Kalla karena beliau menjadi pasangan Jokowi di Pilpres 2014 ini. Sumber Dengan statement yang membingungkan ini terlihat sekali bahwa Akbar Tanjung selaku icon Partai Golkar tidak konsisten alias mencla-mencle apalagi keberadaan beliau adalah sosok yang mewakili suara partainya. Meskipun dengan alasan tertentu yang dianggap mewakili aspirasi masyarakat, maka jika melihat AD/ART Partai Golkar, semestinya pun tidak memberikan statement yang membingungkan seperti ini. Hal ini justru menunjukkan bahwa hakekatnya keberadaan Akbar Tanjung yang seyogyanya mewakili partainya justru seperti tidak punya sikap atau boleh jadi tidak mampu bersikap. Tentu saja melihat kondisi saat ini Golkar tengah bertarung kepentingan yang lebih luas. Menurut bahasa gaulnya sikap Akbar Tanjung disebut dengan mak jelas. Mereka mengadili kader kelas cembre tapi tidak mampu bersikap terhadap Jusuf Kalla karena telah bersanding dengan Jokowi. Mungkin Akbar Tanjung benar-benar menaruh harapan besar terhadap sikap partainya yang kini bekerja sama dengan Partai Gerindra dan partai lain untuk memenangkan pemilihan umum ini, seperti halnya andaikan saja Prabowo-Hatta unggul pada proses pemilihan maka partainya masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan gurihnya jatah kursi di kementerian, begitu juga tatkala posisi kadernya yang saat ini mewakili atau tidak mewakili partainya dengan bersanding dengan Jokowi, tentu saja ketika Jokowi-JK menang maka Golkar pun akan mendapatkan kesempatan dan keuntungan yang lebih karena cawapres berasal dari partainya. Begitu juga apa yang dilakukan oleh Mahfud MD, meskipun saat ini beliau sudah berpisah gerbong dengan PKB merapat ke Gerindra, yang pasti PKB masih mempunyai harapan karena partainya sudah masuk ke lingkaran Jokowi yang harapannya juga sama mendapatkan kesempatan yang lebih jika Jokowi-JK benar-benar unggul dan menjadi Presiden dan Wakil Presiden mendatang. Berbeda dengan PAN, di mana mereka terlihat solid ketika mereka harus merapat ke Gerindra maka para kadernya tidak ada yang melompat ke partai lain. Meskipun sikap ini bukan gaya politisi. Mereka menaruh lapak di satu tempat, nah repotnya jika lapak yang hanya satu-satunya terlibas banjir maka otomatis masa depan partainya akan ikut tenggelam. Dengan kata lain jika ternyata Prabowo-Hatta ternyata harus mengakui kekalahan melawan Jokowi-JK, secara otomatis kepentingan yang lebih besar pascapemilu presiden akan dipertaruhkan. Tapi itulah politik, sebagai orang awam hanya bisa berharap, mudah-mudahan para politisi tidak bermain dalam panasnya sekam yang siap tersulut api. Mereka mempermainkan kata-kata demi mendapatkan popularitas menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden ini. Dan harapannya para wakil partai (wakil rakyat) tersebut tidak mencla-mencle tatkala mereka sudah benar-benar menduduki jabatan tertinggi di republik ini. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun