Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Indonesia (kah) yang Terbiasa Menjadi Pendendam?

21 Juni 2014   23:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin lama semakin terlihat jelas ke mana arah politisi bermain. Dari serang-serangan di media sosial, sampai serangannya terhadap persoalan hukum yang "katanya" menjerat Prabowo, Capres nomor urut satu tersebut. Sebagai asumsi pertama saya bahwa saat ini para timses Jokowi seperti tengah berlomba-lomba mengungkit duka lama, tatkala rasa sakit hati akibat kehilangan anak-anaknya akibat diculik para TNI tahun 1998 kala itu, kini, orang tua harus kembali harus menangis yang kedua karena berpuluh-puluh tahun kasus ini tak juga terungkap. Minimal jelas di mana keberadaan anak-anak mereka.

Sejatinya kehilangan anak yang dicintai adalah sebuah duka yang tak mungkin terobati, namun demikian, tak ada satupun manusia yang bisa menjelaskan kenapa keluarganya ada yang musti meninggalkannya. Tidak hanya ibu korban penculikan, karena sayapun akan berduka tatkala mendapati keluarga sudah tiada. Namun apakah cukup dengan meratapi dan membelenggu hati untuk tidak melepaskan yang sudah tiada?

Kasus penculikan di Indonesia, ketika di runtut sejatinya sudah banyak terjadi, bila ingin dikaji secara mendalam sejak bangsa ini dijajah sudah berkali-kali putra terbaiknya hilang entah kemana, baik diculik bangsa kompeni Belanda, Jepang maupun dilakukan saudara sendiri dengan alasan tertentu. Jika belanda dan jepang yang menculik tentu alasannya tak ingin hegemoni kekuasaan di tanah air berakhir. Mereka ingin Indonesia tetaplah menjadi negara jajahan dengan penduduk yang bodoh, miskin dan tak mendapatkan hak-hak sebagai manusia yang layak untuk hidup. Mereka menghabisi siapa-siapa yang dianggap hama bagi kekuasaan mereka.

Tidak hanya kaum penjajah, sejak Indonesia merdeka pun di era 45-an ada beberapa kasus penculikan yang dilakukan pemerintah, pelakunya pun tak pasti, apakah dari ekstrim kanan atau ekstrim kiri, dengan menculik, mereka mempunyai tujuan ingin menempatkan posisinya sebagai penguasa. Sayang sekali meskipun dengan embel-embel apapun pelaku culik menculik adalah sosok pengecut yang tak ingin hegemoninya terganggu atau terusik.

Bahkan menurut salah satu pelaku sejarah jaman revolusi, kebetulan beliau adalah guru saya sendiri, ada banyak kiyai dan ulama Jawa yang diculik dan berakhir tanpa jejak. Menurut cerita beliau pelakunya adalah orang-orang PKI yang ingin membasmi para tokoh muslim karena dianggap tak sepaham dengan ideologi mereka. Tak hanya keluarga korban yang kehilangan, karena bangsa Indonesia harus saling menyakiti karena perbedaan pandangan dan ambisi kekuasaan. Begitu juga setelah komunis menculik para kiyai, para kiyai sepuh jaman itupun melakukan aksi yang sama mereka menculik dan menangkap para tokoh gerakan G30S-PKI karena ideologinya yang jauh dari ideologi Islam.

Bahkan jika dirunut kasus-kasus lain pun turut membuat miris karena munculnya tindakan anarkis demi sebuah ambisi. Dan itulah bagian dari sebuah perjalan bangsa Indonesia sampai saat ini. Bahkan belum lama ini kasus penculikan yang dilakukan oleh Datasemen 88 terhadap orang-orang yang dianggap sebagai bagian dari jaringan teroris. Meskipun korban penculikan dan penembakan tersebut boleh jadi bukan bagian dari anggota teroris. Sebagaimana keterangan beberapa keluarga korban penangkapan. Semua menyisakan tanda tanya besar, apakah memang begini cara negara ini berpolitik? Semua dilakukan dengan kekerasan demi sebuah politik dan ambisi kekuasaan.

Apakah kasus-kasus tersebut sudah terungkap semua? Saya yaqin kasus-kasus tersebut tidak benar-benar diketahui oleh masyarakat saat ini. Orang-orang sekarang hanya membaca dan mendengarkan berita dari mulut ke mulut dan dari catatan sejarah yang turut mempengaruhi disampaikannya sebuah berita. Bahkan ada beberapa bagian yang terkesan ditutup-tutupi demi sebuah "kondisi" yang juga sebuah rahasia negara.

Tapi itulah catatan kelam, siapapun tak ingin menerima kasus-kasus tersebut mentah begitu saja, tapi sekali lagi, tak ada satupun yang mau menjadi korban sejarah. Tak ada yang mau menerima konsekuensi kekejaman politik.

Bertolak dari paparan di atas, dan ketika melihat kasus Prabowo Subianto, di mana beliau didaulat dan dituduhkan para loyalis Jokowi katanya sebagai pemeran utama penculikan aktivis. Padahal sejatinya tidak mungkin seorang bawahan bertindak di luar batas perintah atasan. Semua berdasarkan komandi dan perintah dari sang Jendral Besar. Nah siapa jendral besar kala itu? Beliaulah Pak Soeharto, karena dorongan alasan ingin melindungi negara ini dari rongrongan pemberontak (saya bahasakan pemberontak karena para aktivis tersebut melawan kebijakan negara kala itu), mereka yang diculik menurut Pak Soeharto dan para jendral di bawahnya sebagai bagian pengganggu stabilitas negara. Meskipun saya tidak sepenuhnya paham siapakah sosok yang berada di balik para aktivis. Dan ada agenda besar apakah kenapa para aktivis tersebut melawan kebijakan Pak Soeharto kala itu?

Karena sebelum lengsernya Soeharto sejatinya banyak beredar buku-buku yang mengisahkan gerakan pemberontakan yang menurut penulisnya sebagai antek-antek komunis. Meskipun buku-buku tersebut belum dapat diakui kebenarannya. Terlepas gerakan aktivis dan munculnya buku-buku tersebut semuanya di luar pemahaman saya yang jauh dari gerakan politik. Namun yang saya sayangkan kenapa justru Pak Wiranto berusaha mencari kambing hitam dan terkesan cuci tangan? Amat tidak logis.

Terlepas dari beberapa kasus di atas, seandainya masyarakat Indonesia menghendaki semua korban kekerasan atas nama politik diungkap, maka tak ayal lagi semua kasus sejatinya harus diungkap, bahkan kasus-kasus dari sejak Indonesia dijajah Belanda dan Jepang pun semestinya pelakunya diadili. Bahkan kasus penculikan pasca kemerdekaan hingga saat ini sejatinya pun harus diungkap. Meskipun menurut saya apalah gunanya membuka dendam lama demi sebuah ambisi politik. Sederet kasus di negeri ini adalah akibat dari sebuah proses pendewasaan dan bangkitnya Indonesia dari keterpurukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun