[caption id="attachment_329038" align="aligncenter" width="297" caption="Ilustrasi : Produksi Kakao (coklat) Sumber : www.tempo.co"][/caption]
Iklan Magnum, Sebuah Sindiran Terhadap Produksi Kakao (Coklat) Indonesia
Produk makanan ringan satu ini memang sepertinya membuat siapa saja ingin mencicipi kelejatannya. Benar, karena memang ice cream merupakan produk import yang sudah menjadi kudapan wajib bagi anak-anak Indonesia. Makanya pantas saja di dalam sebuah pusat perbelanjaan modern di kota maupun di pelosok desa, produk import ini pun seperti merajai makanan di Indonesia.
Tak perlu memuji nikmatnya Ice Cream Magnum karena kapasitas saya bukan marketing, karena siapa saja yang sudah pernah melihat iklan di tv langsung terpesona. Terpesona bukan pada produk yang sudah dicicipi, tapi karena sensasi tayangan iklan dan bintang iklannya yang aduhai. Membuat siapa saja yang melihatnya akan berdecak kagum atas kemolekannya.
Produk ice cream yang diproduksi di Belgia ini sejatinya salah satu makanan modern yang sudah mengambil hati penikmatnya.
Tapi sadarkah kita, bahwa iklan magnum ini sedikit banyak menyindir atau secara implisit "menganaktirikan" produksi kakao lokal? Sadar atau tidak sadar kita telah terbius dengan iklam yang menjual produk impor di negeri kita tapi mereka "memuji " kakao yang dihasilkan dari negara lain?
Bagi yang consern terhadap pemberdayaan potensi dan produk lokal seharusnya ikut menyimak lebih dalam makna sindiran yang diberikan dari sebuah iklan Ice cream merek Magnum tersebut. Kenapa saya menyebut sebagai sindiran? Ini alasannya.
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai cukup lahan perkebunan, dan banyak pula wilayah tersebut yang didominasi tanaman kakao. Sehingga sudah pasti secara tidak langsung Indonesia pun sebenarnya adalah produsen kakao. Tapi yang membuat saya tak habis fikir kenapa kakao impor yang justru diidolakan dan dipuji-puji, sedangkan negeri sendiri adalah produsen kakao yang cukup potensial?
Di satu sisi kita sudah membeli ice cream rasa coklat yang tentu saja salah satu bahannya adalah biji kakao, tapi di sisi lain justru kakao kita tak pernah menjadi satu bagian narasi dari iklan produk ice cream tersebut, atau digunakan sebagai bahan baku makanan tersebut. Tapi  justru kakao yang berasal dari negeri Tanzania.
Boleh jadi kakao Indonesia memang tidak layak sebagai bahan baku produk ice cream tersebut. Atau dapat juga disebabkan karena ketidak mampuan Indonesia mencukupi permintaan biji kakao yang cenderung mengalami kenaikan disebabkan pangsa pasar makanan berbahan coklat yang juga cukup meningkat. Karena kondisi kakao dalam negeri masih saja kalah bersaing dengan produksi dari negara lain.
Meskipun eksport kakao indonesia di tahun 2013 menyumbang devisa sebanyak $1,05 miliar (1,05 miliar dolar AS). (Antaranews.com) Sehingga wajar saja kakao Indonesia semestinya menjadi target penting peningkatan produksi dan peningkatan nilai eksport kakao. Meskipun faktanya kakao Indonesia belum mencukupi kebutuhan kakao dunia. (tempo.co) Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh penurunan produktifitas kakao.