Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gara-gara Mie Instant, Muncul Generasi Instant

11 Oktober 2015   04:04 Diperbarui: 28 Oktober 2015   10:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pegawai Negeri Sipil, Aparat Pemerintah (Semeaker.com)"][/caption]

Emang ada hubungannya antara mie instant dan generasi instan mas? Lah gak tahu lah yaw.

Akhir-akhir ini muncul berita yang cukup menghebohkan dunia pendidikan kita, beberapa perguruan tinggi odong-odong dibekukan alias dibanned oleh pemerintah lantaran mengeluarkan ijazah palsu. sumber

Perguruan tinggi yang notabene hanya memanfaatkan kebodohan dan ambisi jabatan dengan melalui jalan pintas. Mengikuti pendidikan yang tak pernah kuliah tapi ingin segera lulus dan mendapatkan predikat cumlaude, meski dengan nilai rekayasa dari pihak pengelola. Dampaknya muncullah para lulusan odong-odong ala kambing ompong.

Mereka memiliki ijazah tapi ilmunya amat cetek, dan yang membuat prihatin lagi, mereka tidak malu-malu lagi menempelkan gelarnya di belakang nama. Entah MBA, BBA, BBC, atau Berbeqiu. Yang pasti dengan embel-embel panjang para pejabat kala itu ingin mendapatkan legitimasi dari banyak orang bahwa mereka adalah tokoh yang memiliki pengetahuan dan keilmuan yang tinggi, meski kualitas tidak memenuhi syarat sama sekali. 

Kalau sudah begini ada nggak hubungannya sama mie instant? Coba tanya yang bersangkutan!

Fenomena ijazah palsu memang sudah bertahun-tahun terjadi di negeri ini, negeri yang notabene bangsa yang menjunjung adat ketimuran (katanya), memegang teguh prinsip agama, kejujuran dan akuntabilitas yang tinggi, tapi faktanya masih selalu ada pihak-pihak yang berani menyelenggarakan pendidikan meski tidak pernah terlihat mendidik, tapi nyatanya bisa mengeluarkan ijazah.

Mereka berani menyebarkan selebaran pengumuman penerimaan mahasiswa baru dengan sederet gambar-gambar wisudawan sukses, dan aneka janji beasiswa. Aneka gambar dan iming-iming beasiswa menjadi faktor penting kenapa perguruan tinggi odong-odong ini bisa mendapatkan mahasiswa. Belum lagi, para penyelenggara pendidikan itu memberikan janji kuliah tak perlu masuk, yang penting ada duit segepok maka bisa lulus dweh.

Bahkan kala itu, saya melihat dengan mata kepala sendiri, seorang pegawai negeri (karena dilihat seragamnya adalah seorang pegawai) tiba-tiba datang ke kampung saya karena telah ada janjian dengan salah satu penduduk terkait ijazah pesanan. Sontak saya langsung curiga, bahwa pegawai ini sepertinya pembuat ijazah palsu.

Ia memalsukan ijazah dengan iming-iming uang jutaan rupiah. Pemesan sudah punya usaha, tapi karena ingin naik jenjang menjadi pejabat karena hendak menyalonkan diri sebagai anggota DPRD, maka niat jahat pun muncul. Bagaimana kalau saya beli ijazah palsu aja ya? Boleh jadi pertanyaan ini yang berkecamuk dalam pikiran yang bersangkutan. 

Namun untung saja, karena kebetulan si pegawai ini melihat saya ada di depannya, ia pun mengurungkan niatnya memberikan ijazah aspal itu kepada pemesan, dan si pemesan, sedikit ketakutan lantaran takut saya laporkan sebagai transaksi ilegal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun