Ilustrasi: Hotel Angker se angker-angkernya (ceritamu.com)
Suatu ketika, di malam Jumat kliwon, Hotel Nusantara terlihat penuh sesak oleh para tamu yang tampak berpakaian serba hitam. Hotel yang satu-satunya berada di Jalan Baypass itu nampak begitu riuah oleh para tamu yang hendak mengadakan ritual khusus, ritual untuk memanggil arwah. Ritual itu memang diadakan sebagai wujud untuk menghormati leluhur yang mereka puja-puja saat ini.
Mereka adalah para dukun dan pengikut baru yang tertarik untuk melakukan ritual itu meski di antara mereka ada yang belum memahami apa hakekat dari ritual itu. Ritual yang sejatinya dianggap sesat oleh para penganut agama. Mereka memuja-muja para roh leluhur untuk kemudian minta kekayaan dan kekuatan serta ingin mewujudkan mimpi-mimpi mereka
Di luar sana, langit tampak gelap oleh gumpalan awan hitam yang mulai tertumpah membasahi atap hotel itu. Hujan yang nampak semakin deras, diiringi oleh kilatan menyambar, petir-petir menggelegar memekikkan telinga, menabah suasana angker malam itu. Jalan-jalan nampak sepi, meski satu dua motor dan mobil nampak membunyikan klakson pertanda memberikan isyarat kepada para pejalan kaki dan pengendara lain.
Rumah makan Padang di sisi Hotel pun telah tutup, maklum malam itu sudah pukul 11.45 malam. Malam semakin larut dan keheningan semakin membuncah.
Di salah satu ruang tertutup, lampu-lampu yang awalnya terang benderang kini terlihat temaram, bahkan sesekali padam seiring dengan suara petir yang terus bersahut-sahutan. Para penghuni hotel tampak tidak peduli dengan aktifitas para tamu itu, meski terlihat aneh, mereka tak mau peduli dengan apa yang terjadi. Lagian sebagian besar ruangan di sana, pintunya telah tertutup dan lampu ruangan juga sudah padam, tertinggal lampu kecil yang yang masih menghiasi ruangan itu.
Aroma kemenyan menyeruak dan menambah aroma mistis yang membuat suasana semakin tegang. Detik demi detik mereka menanti saat-saat tepat memulai ritual itu, tepatnya pukul dua belas malam.
Wajah-wajah mereka nampak serius dengan mulut komat-kamit membunyikan mantra. Di sebuah permadani mereka terduduk sedangkan di tengah-tengah mereka seorang pria mulai berkomat kamit, sepertinya membacakan mantra.
Di antara kerumunan para dukun itu, dua orang yang kebetulan sama-sama mengikuti ritual itu nampak saling tidak saling bersapa. Semua serius dengan aktifitas masing-masing. Tapi terlihat seorang pemuda yang sepertinya belum begitu familier dengan aktifitas di sana. Wajahnya nampak tegang dan aura ketakutan begitu terlihat. Ia berusaha membuat suasana menjadi tenang. Di tataplah seorang dukun yang berada di sebelahnya.
“Kek, Kakek dari mana?” Entus basa-basi menyapa sang dukun.
Meskipun dengan sikap agak gugup ia berusaha akrab. Maklum mereka baru saja bertemu. Itupun belum pernah berkenalan sebelumnya. Lawan bicaranya adalah seorang kakek. Sang kakek misterius dengan wajah gelap, janggut putih panjang menghiasi wajahnya. Blangkon menghiasi kepalanya dengan rambut yang juga memutih hampir seluruhnya.