Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berkaca pada Rekaman Kehidupan Dunia Ala CCTV

4 September 2014   13:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan pak Tjiptadinata Effendi yang membicarakan tentang akan selalu disimpannya akun member Facebook meskipun si empunya akun sudah tiada. Dengan sangat mudah kita bisa bisa membuka kembali arsip kehidupan facebooker meskipun tanpa diminta pemiliknya, Semua tersimpan rapi dan suatu saat dapat diakses oleh siapa saja, khususnya kawan-kawannya. Apa yang menjadi telaah tulisan saya bahwa kehidupan kita hanyalah sebagian kecil dari perjalanan yang panjang. Semua dimulai dari kandungan, kehidupan pasca terlahir di dunia dan kehidupan akhirat tatkala kita tiada. Semua mengikuti aturan yang amat jelas dan pasti bahwa setiap makhluk akan menjalani fase yang panjang sebelum memasuki alam keabadian. Sehingga dengan konsekuensi tersebut, secara pasti pula apa yang diperbuatnya akan tersimpan dalam rekaman Tuhan melalui para malaikatnya yang mencatat prilaku manusia. Semua aktifitas kita di dunia akan senantiasa diawasi selayaknya sebuah kamera pengintai atau dalam bahasa modernnya dinamakan kamera CCTV (Closed-circuit Television). yang kemudian dokumen kehidupan kita akan tersimpan dalam sebuah harddisk atau memori yang suatu saat akan dibuka kembali tatkala kehidupan akhir sudah benar-benar terjadi. Di dalam server, dokumen apapun yang pernah ditayangkan atau disorot menggunakan kamera akan tersimpan di dalam sebuah hard disk, atau memory. Semua aman di dalamnya dan suatu saat akan bisa dibuka lagi saat kita ingin membukanya kembali. Percaya ataupun tidak, beragama atau tidak pun semua kembali pada hakekat kemanusiaan  yang akan menerima semua dokumen kehidupan yang pada akhirnya menjadi catatan penting di manakah kita akan ditempatkan. Apakah di tempat yang mulia dan terhormat atau justru kehidupan yang hina dina dan menyengsarakan. Semua kembali pada tindak laku manusia sendiri. Apakah semua orang akan percaya bahwa sisi kehidupan akan diperlihatkan nantinya? Belum tentu, tergantung kepada kondisi keimanan seseorang. Dan dikembalikan pada keyakinan akan agamanya masing-masing. Ketika kehidupan dunia bukan tujuan, maka hakekatnya personalnya sudah meyakini bahwa ada kehidupan lain yang lebih indah daripada kehidupan dunia yang fana ini. Di antara orang-orang yang tidak percaya tentu mereka menilainya pada sesuatu yang logis saja, sesuatu yang dapat dilihat saja. Padahal, tidak semua yang kita percayai mesti dapat dilihat secara langsung di depan kita. Karena ada kehidupan lain di luar kemampuan logika manusia. Semuanya diawali oleh keyakinan individu akan kehidupan yang kekal tersebut. Hanya dengan melihat satu saja tanda-tanda bahwa setiap tingkah laku manusia selalu dicatat, misalnya dengan membandingkan dengan kehidupan dunia. Meskipun dunia ini bukan sesuatu yang abadi, faktanya segala yang kita perbuat bisa direkam, disimpan dengan aman dan suatu saat bisa dibuka kembali untuk melihat kejadian masa lalu. Apalagi rekaman Tuhan yang akan selalu mengawasi kita, meskipun kita tak pernah melihat bahwa Tuhan tengah mengawasi kita, tapi keyakinan diri bahwa kita selalu diawasi amat diperlukan. Itulah gambaran hidup bahwa tak ada yang terlewatkan dari rekaman Tuhan, dan semuanya akan ditunjukkan kepada kita lagi apa yang pernah kita perbuat di dunia ini. Kita percaya bahwa manusia bisa menciptakan teknologi yang begitu canggihnya. Mampu merekam berjuta-juta dokumen, gambar maupun video dengan fasilitas tekhnologi yang mereka ciptakan. Semua aktifitas tak luput dari rekaman. Kalau sudah percaya bahwa kehidupan selalu diawasi, kenapa tak sebaiknya melakukan sesuatu yang baik-baik saja? Dan bagaimana mungkin kita tidak mempercayai tekhnologi yang diciptakan Tuhan? Salam Metro, 4-9-2014 Sumber gambar di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun