Kiranya tahun ini adalah tahun di mana kita begitu fokus dengan berita pembobolan situs data  milik pemerintah.  Hal tersebut terjadi karena serangan cyber yang digolongkan sebagai ransomware.  Akibatnya, data milik pemerintah telah terkunci dan terisolasi serta harus menyerahkan uang tebusan jika mau kuncinya dibuka.
Padahal, meskipun pemerintah sudah menyerahkan sejumlah uang, belum tentu ransomware itu akan pergi atau tidak mengisolasi data-data penting tersebut. Tentu saja karena siapapun tidak akan mengenal siapa penyebar ransomware tersebut, perorangan atau justru lembaga pemerintah asing yang ingin mengeruk uang dari negara lain demi sebuah kejahatan yang kita tidak mengetahui secara pasti.
Menurut dewaweb.com ransomware adalah malware yang mengunci dan mengenkripsi perangkat komputer korban dan meminta uang tebusan untuk memulihkan aksesnya. Karena ulah ransomware ini akibatnya beberapa institusi milik pemerintah tidak bisa melakukan aktivitas secara online, sebab data-data yang ada dalam base data tidak dapat dibuka karena telah terkunci dan tidak dapat dibuka sebelum pemilik data mau menyerahkan sejumlah uang seperti permintaan dari penyebar malware tersebut.
Apa yang telah terjadi di dalam institusi milik pemerintah ini ternyata pernah pula penulis alami beberapa tahun yang lalu, yaitu tiba-tiba dokumen yang ada di dalam komputer sama sekali tidak bisa diakses atau dibuka, dan di sana ada pesan bahwa file-file tersebut bisa dibuka jika mau menyerahkan sejumlah uang. Kala itu pengirim pesan itu meminta uang jutaan rupiah.Â
Mendapati serangan tersebut komputer yang biasanya digunakan untuk bekerja akhirnya tidak bisa digunakan lagi. Semua file turut terkunci. Bukan hanya file dokumen saja, karena file-file gambar dan video turut menjadi korban.Â
Semua dokumen dan file yang ada di dalam penyimpanan internal maupun eksternal tak bisa lagi diakses untuk selamanya. Akibatnya komputer itupun harus penulis servis dan diinstal ulang.
Penyebab malware masuk ke komputer kita
Penulis tidak begitu perhatian dan mengetahui secara pasti mengapa malware itu tiba-tiba masuk ke dalam sistem komputer, sebab banyak aktivitas yang dilakukan. Seperti: masuknya flash disk orang lain ketika meminta file atau dokumen tertentu, melakukan selancar di dunia maya atau browsing dan yang paling mungkin lagi adalah ketika saya mengunduh aplikasi game online.
Pada saat mengunduh aplikasi game online tersebut seperti mendapat peringatan yang isinya kurang lebih bahwa file yang diunduh itu berbahaya, mau membatalkan atau melanjutkan dan penulis memilih melanjutkan lantaran hanya sekedar iseng. Seketika karena kurang peka terhadap serangan cyber seperti virus dan malware tersebut tidak menunggu lama tiba-tiba semua file sudah berganti nama dan tidak bisa dibuka.
Selain karena telah mengunduh file game online, komputer yang digunakan ternyata belum mengaktifkan anti-malware dan windows defender lantaran aplikasi game itu memaksa menonaktifkan windows defender agar bisa menginstal aplikasi game tersebut.
Kesalahannya adalah ketika hendak mengunduh aplikasi tersebut tidak mengetahui situs mana yang aman dan tidak, situs tersebut asli pemilik lisensi program tersebut atau justru penyebar program ilegal yang tujuannya untuk mengusai data-data pribadi. Padahal untuk mendapatkan program atau aplikasi semestinya mengunduh pada situs yang berlsensi resmi dan tidak sembarangan.