Maka ada dugaan bahwa pasangannya masih menyimpan rasa dengan sang mantan. Dan lebih parahnya lagi, perselingkuhan itu nampak sekali begitu membuatnya sesak di dada. Seolah-olah selama ini sang doi belum lepas ingatan dari mantannya itu.Â
Apa kurangnya aku di dalam hidupmu?
Hingga kau curangi akuÂ
Bait ini menceritakan betapa kecewanya sang penyanyi atau penciptanya karena kejujurannya yang telah dibuat kecewa. Kejujuran dalam menjaga ikatan hati harus dibuat kandas karena telah dikhianati. Dikhianati di sini bisa saja terjadi bagi kalangan muda-mudi dengan pasangannya, atau pasangan pernikahan yang sudah bermain mata dengan mantan atau orang baru dalam kehidupan mereka.Â
Pihak pasangan, baik sang pria maupun wanita, seakan-akan merasa sudah memberikan segalanya, cinta, perhatian dan semua keinginan dari pasangannya tersebut. Bahkan boleh jadi apa yang menjadi keinginannya harus dibenamkan ke lumpur kepasrahan demi pasangannya bahagia.
Tapi apa yang terjadi, pengorbanan itu justru dicurangi, dikhianati seperti menumpahkan lumpur kotor pada kain yang bersih. Kesucian cinta yang telah diberikan ternyata harus dikotori sampai sekotor itu. Sampai-sampai rasa sakit hati begitu dalam.
Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong, kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya, asalkan kau bahagia
Apa yang disiratkan dari syair ini adalah ia meminta sebuah kejujuran dari apa yang telah dilakukan. Sebuah kalimat yang mengisyaratkan bahwa ia sebenarnya ingin membuat pasangannya bahagia dengan segenap pengorbanannya.Â
Namun apa yang telah ia korbankan, ternyata tidak seperti apa yang ia dapatkan. Makanya ia meminta pasangannya untuk berterus terang saja. Kalau memang tak lagi cinta ya mending terus terang saja. Untuk apa ditutup-tutupi dengan senyuman palsu. Di hadapan seakan-akan begitu perhatian, tapi di belakang justru bermain api.
Ia mengharapkan kejujuran yang hakiki, meskipun ia telah memiliki raganya tapi ternyata sejauh mereka menjalani hubungan tak juga menunjukkan kebahagiaan. Seolah-olah pasangannya berkata "aku rela memberikan tubuhku, tapi tidak untuk hatiku."Â
Betapa ungkapan ini sungguh mengecewakan ya? Ia sudah begitu seutuhnya mencintai tapi cinta dan perhatiannya dianggap angin lalu. Ya, benar sih mereka menjalani hubungan sekian lama, tapi jika rasanya hampa, ya untuk apa dijalani. Ibarat membuat masakan kalau rasanya hambar tentu tak enak.
Jujur adalah lebih baik daripada memendam rasa sakit yang begitu lama. Senyuman mungkin selalu tersungging tapi wajah menunjukkan aura kekecewaan. Jika cinta pertama masih ada, biarkan saja diri dan jiwa melanglang pergi menuju kekasih yang saat ini masih ada dalam hatinya. Ibarat kata "lepaskan aku saja dan pergilah pada mantanmu." Begitulah kira-kira.
Ia pun menegaskan, gak apa-apa kamu pergi asal kamu bahagia bersamanya, dari pada di sini tapi hatimu di sana.