Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Judi Kesedihannya Tiada Akhir, Maka Menghidarinya adalah Jalan Terbaik

10 Juni 2024   18:55 Diperbarui: 12 Juni 2024   18:45 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi judi online.  (Sumber: SHUTTERSTOCK/pedrosala via kompas.com)

Ingat pesan Bang Haji Rhoma Irama, bahwa "uang judi najis tiada berkah"

Tidak sengaja saya menatap judul berita dari media informasi online tentang aksi pembakaran seorang anggota kepolisian (Polwan) terhadap suaminya yang bertugas di daerah Jombang, Jawa Timur.

Setelah rasa penasaran itu, mulai sedikit demi sedikit diketahui bahwa aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu dipicu oleh masalah rumah tangga, yaitu sang suami telah menggunakan uang gaji ke-13 nya untuk bermain judi online.

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggota kepolisian ini mungkin hanya satu di antara kasus kekerasan atau korban dari akibat bermain judi. Hal tersebut karena beberapa waktu lalu diketemukan beberapa kasus akibat permainan yang fatal akibatnya bagi keberlangsungan ekonomi rumah tangga ini.

Jika kita menelaah beberapa kasus dan banyaknya kerugian dari perjudian ini tentu kita akan melihat beberapa sudut pandang, mengapa banyak orang yang begitu mudahnya terjerat rayuan asmara dan maut dari iklan permainan yang dilarang agama dan negara ini.

Pertama dari sudut bandar. 

Bandar adalah sosok di belakang layar yang notabene sosoknya tidak pernah diketahui oleh para pemainnya. Apakah sosoknya kecil, tinggi, gendut, dengan rambut gondrong dengan warna merah atau justru dengan penampilan ganteng seperti aktor holiwood. Sebab keberadaan mereka pastilah dirahasiakan. 

Sebagai bandar, tentu saja mengharapkan semua permainan judi online yang dibuat menghasilkan uang yang berlipat-lipat ganda, meskipun cara-cara yang digunakan amatlah curang. 

Kenapa saya katakan curang, bagaimana tidak curang ketika pemain judi sudah mengambil slot, maka uang yang ditransfer tidak akan kembali ke rekening. Jika berhasil memenangkan permainan itupun mungkin 10 persen dari modal yang telah dipertaruhkan. 

Boleh kita bertanya-tanya kepada para pemain judi, berapa uang yang telah berhasil dikumpulkan dari permainan tersebut? Tentu jawabannya selalu "rugi" dan gak balik modal. 

Sedangkan para bandar akan tertawa lepas, di balik meja layar menyaksikan berapa trilyun uang masuk ke rekening mereka. Meskipun mungkin modal membuat aplikasi tersebut juga tidak sedikit, faktanya tidak ada satu pun bandar yang mau rugi. Maka ujung-ujungnya akan mengambil uang para pemainnya.

Ibarat kata, jangankan judi online, judi koprok (dadu) saja para bandar selalu menggunakan trik curang agar pemainnya kalah. Bahkan jika tidak kalah, dia berusaha menggunakan trik bagaimana memenangkan laga tersebut. Bagaimana caranya dengan siasat busuk agar mampu menguras isi kantung celana para pemain.

Itu di dunia nyata ketika bandar ada di hadapan pemain, bagaimana jika judi itu online dan dikendalikan oleh AI atau kecerdasan buatan dengan kecanggihan teknologi yang sudah di-setting agar pemainnya kalah. 

Fakta yang tidak bisa dibantah, ada di beberapa negara, situs judi justru didukung pemerintah lantaran uang pajak dan upeti yang diserahkan juga terlampau besar.

Gambar diolah dengan bing image creator disney (doc. pribadi)
Gambar diolah dengan bing image creator disney (doc. pribadi)

Apakah bandar tega melihat kekalahan pemainnya yang sampai-sampai depresi dan bunuh diri atau kehabisan harta benda? 

Heh, mana mungkin bandar punya rasa gak tega, justru dia berprinsip bagaimana memenangkan permainan dan seluruh harta masuk ke kantung perusahaan judi atau kantung pribadi. Sedangkan para pemain yang pailit, hanya bisa menyesali akibat dari aktivitas ilegal ini. 

Mungkin tidak sedikit yang merasa lelah dan menyerah karena sudah kehabisan harta benda. Mereka taubat dan tidak melakukan aktivitas perjudian lagi. 

Lalu bagaimana sosok yang "ngeyel" dan tidak mau mendengar peringatan atau teguran orang lain? Tentu lebih buruklah akibatnya.

Bagaimana dari sudut pemain? 

Dari beberapa kasus, perjudian rerata dimainkan kalangan menengah ke bawah, tapi di luar negeri tak sedikit para pemilik modal atau konglomerat yang begitu semangatnya bermain judi. 

Mereka beranggapan dengan judi kehidupan mereka akan berubah begitu cepat, jika mereka pengusaha maka modalnya akan berlipat-lipat hasilnya. Padahal tidak sedikit yang harus gulung tikar karena kehabisan modal untuk berjudi. 

Masih beruntung jika hanya perusahaan yang harus bangkrut, bagaimana jika keluarganya juga dilelang demi bermain judi dan berkhayal mendapatkan uang yang berlipat ganda.

Para penjudi selalu dirayu dengan modal gratis atau mendapatkan kemenangan, meskipun kemenangan itu 1 persen dari kekalahan yang telah dialami. 

Para penjudi ini tidak peduli lagi seberapa sering mengalami kekalahan, karena bagi mereka meskipun uang mereka ludes pun yang penting mereka punya hanyalan akan memenangkan permainan. Walaupun pada akhirnya mendapatkan zong alias kekalahan yang terus berulang.

Tidak peduli apakah penjudi ini bujangan atau sudah beristri, mereka baru menikah atau memiliki anak yang banyak. Kalau sudah kadung mencintai judi, maka keadaan diri pastilah dilupakan.

Bagaimana dari sudut keluarga? 

Menyelami kasus kematian anggota kepolisian karena sang istri merasa lelah atau marah lantaran sikap almarhum yang tidak mendengarkan omongan istrinya tersebut. 

Mungkin beberapa kali sang istri yang juga seorang polwan ini mengingatkan bahwa uang itu untuk biaya hidup anak-anak dan keluarganya, ternyata justru disalahgunakan untuk berjudi dan bersenang-senang. Sebagai manusia biasa tentu saya bisa memahami bagaimana perasaan istrinya tersebut. 

Meskipun saya pun tidak sependapat dengan apa yang dilakukan Polwan tersebut terhadap suaminya, karena bagaimanapun juga kekerasan dan tindakan menyakiti orang lain adalah perbuatan yang dilarang dan pasti ada sanksi yang akan didapatkan.

Selain dari keluarga anggota kepolisian tersebut, banyak kasus perceraian yang terjadi di negeri ini lantaran sang suami atau istri yang begitu senangnya berjudi sampai-sampai harta pun dikorbankan dan nafkah untuk keluarganya diabaikan.

Bagi manusia yang ingin melihat keluarganya bahagia, tentu korban judi ini ingin suami atau istri meninggalkan kebiasaan buruk, lantaran dengan bermain judi justru membuat kehidupan keluarga mereka berantakan.

Tidak hanya berantakan karena tingginya kasus perceraian tersebut, karena ada banyak korban yang terjerat pinjaman online (Pinjol) karena bermain judi dan berakhir dengan kematian yang mengenaskan karena bunuh diri.

Dari beberapa sudut pandang tersebut, tentu amat bijak kita terus mengantisipasi dan menginterospeksi diri bahwa kejahatan dunia maya bukan hanya dengan mencuri data-data pribadi, mencuri uang di bank, atau bentuk kejahatan lainnya, namun dunia perjudian online ini adalah salah satu kejahatan terbesar dalam dunia maya. 

Para korban dari latar belakang manapun akan secara langsung mendapatkan ekses negatif dari perjudian tersebut. 

Para pemain tidak sadar bahwa mereka telah ditipu dengan janji-janji manis dari bandar dan iklan yang ditebar. Dan sayang diantara aksi ilegal itu ada beberapa pihak yang justru mendukung tetap eksisnya perjudian ini.

Kita menyadari bahwa pemerintah pun sudah melakukan razia dan penangkapan bandar, agen, pemain dan pemilik warung internet yang kedapatan membuka usaha judi online atau tak sengaja para pemain game tersebut telah memainkan judi.

Tapi lagi-lagi, selalu saja ada oknum yang ingin mendapat keuntungan yang selalu menjadi celah bagi bandar  dan pemain judi dapat melakukan aksinya dengan cukup lihai.

Paling tidak berkaca dari kasus kekerasan dalam rumah tangga tersebut, kita bisa mendapatkan pelajaran, bahwa berjudi bukanlah jalan yang baik dalam mencari kekayaan, bukannya untung malah buntung. 

Tentu saja pihak-pihak yang telah menyadari bahwa perjudian itu tidak akan memberikan dampak yang baik keluarga, maka mundur dan menjauhi aktivitas haram dan ilegal ini adalah langkah paling tepat sebelum menjadi korban-korban berikutnya.

Ingat pesan Bang Haji Rhoma Irama, bahwa "uang judi najis tiada berkah"

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun