Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manifestasi Isra' Mi'raj dan Perjalanan Nafsu Amarah Kita

27 Februari 2022   15:25 Diperbarui: 6 Maret 2022   08:31 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Ayo Semarang

Sebelum Covid-19 melanda, dan sebelum adanya perang antara Rusia dan Ukraina, telah terjadi peristiwa ribuan tahun yang lalu tentang kisah perjalanan seorang figur teladan bagi umat manusia Nabi Muhammad SAW. 

Sebagaimana tersurat dalam Al Qur'an, salah satunya terdapat dalam surat Al Isra' ayat 1 yang artinya: 

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Seorang pria dengan akhlak yang terpuji ini mengalami perjalanan suci dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan menuju Sidratul Muntaha, demi mendapatkan perintah Shalat lima waktu. Salah satu ibadah kunci dan mahdhah bagi umat Islam seluruh dunia saat ini. 

Sebuah perintah suci hakikatnya adalah bentuk penghambaan diri yang sesungguhnya pada Ilahi Robbi.

Apa yang menjadi pelajaran dari kisah Nabi Muhammad SAW tersebut, adalah sebuah manifestasi perjalanan kehidupan. Berawal dari sifat kemanusiaan yang hanya mementingkan pribadi dan sejumlah nafsu seperti amarah bagi umatnya, ternyata secara tidak langsung mendapatkan kendali yang lurus dari Rabb bahwa setiap nafsu amarah adalah akan membawa ke dalam kebinasaan. Setiap nafsu amarah akan membawa kebatilan bagi kehidupan manusia.

Setelah manusia mensujudkan fisiknya di hadapan Allah SWT, ia pun harus mewujudkan hatinya kepada-Nya dengan mengendalikan nafsu amarah yang ada di dalam dada. Dan setiap hamba harus bersiap-siap menjadi sosok yang harus tunduk dan patuh dalam menyembah-Nya. 

Ibadah shalat yang sejatinya bukan sekedar perintah untuk wajib, tapi kerelaan untuk menjadi makhluk yang berserah diri pada sang Khalik.

Selain dari manifestasi perintah shalat dari peristiwa agung itu adalah betapa manusia memiliki derajat yang tinggi dan dekat pada Tuhan ketika mau merendahkan diri di hadapan-Nya dengan tulus dan ikhlas, karena ingin mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, baik di dunia maupun akhirat.

Shalat dan tingginya derajat manusia melalui akhlaknya

Tidak ada satupun manusia yang ingin dianggap rendah oleh makhluk lainnya. Namun demikian, ketinggian dan kerendahan derajat manusia sejatinya bukan terletak pada harta maupun tahta yang dimilikinya. Bukan pula dari kecerdasan ilmu yang dimiliki. Karena sejatinya banyaknya harta maupun tingginya tahta maupun ilmu hanyalah bersifat fana atau sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun