Dan benar, kebanyakan sikap menyalahkan diri sendiri akan berakibat kegagalan demi kegagalan yang tidak berujung. Bahkan yang berbahaya lagi adalah ketika harus mengakhiri hidup ini karena sikap apatis atas apa yang terjadi.
Memaafkan diri sendiri agar bisa bangkit dari keterpurukan
Suatu ketika saya mendapati sosok yang merasa kehidupannya penuh tekanan, semua diawali karena merasa kehidupannya sangat jauh dari yang diharapkan. Pendidikan yang tidak terjangkau karena kondisi ekonomi keluarga yang terpuruk, di tambah lagi tidak ada satu orang pun yang mengerti dengan apa yang dialami.Â
Sebut namanya Milan (bukan nama sebenarnya), berangkat dari keluarga sederhana yang orang tuanya hanyalah buruh serabutan, Milan merasakan kehidupannya selalu saja gagal.Â
Keinginannya sekolah pun kandas dan hanya lulus SMP. Kala itu keinginan meneruskan ke jenjang lebih tinggi adalah naluri dan cita-cita setiap orang termasuk Milan. Sayangnya keluarganya tidak mampu membiayainya. Tak pelak, karena ketidak mampuan biaya ini dia harus pasrah menghempaskan cita-citanya dan harus menerima apa yang ada.Â
Sayangnya penerimaan dirinya tidak dibarengi dengan berusaha mencari alternatif pergaulan untuk bisa mengubah nasibnya. Dan lebih miris lagi Milan menjauh dari agama dan lebih memilih berkawan dengan madat. Berbekal kawan yang sama-sama sopir, pergaulannya bukan semakin baik, justru semakin tidak menentu.
Di suatu waktu, Milan mencintai sosok wanita yang anggun, cantik dan mempesona. Siswa SMA yang membuat jatuh hatinya.Â
Sayangnya, gadis yang dicintainya membuatnya patah arang dan harus bertepuk sebelah tangan. Boleh jadi karena si gadis melihat sosok si Milan hanyalah sopir dengan kehidupan yang tidak seperti yang dia inginkan.Â
Dalam keadaan serba terbatas, keluarga yang pas-pasan, cita-citanya untuk mencintai wanita pujaannya kandas, dan diperparah dengan mengonsumsi barang terlarang, membuatnya semakin jauh dari agama. Lalu, pikiran negatifpun lahir seketika. Apa yang ada dalam hatinya kala itu?Â
Dalam hatinya selalu menyebut kata "mati dan bunuh diri". Dan ternyata dalam ketidakmampuan mengendalikan emosi dan keputusasaan tersebut membuatnya lupa untuk memaafkan dirinya sendiri. Setiap hari selalu menganggap dirinya adalah manusia yang gagal. Akumulasi rasa kecewa atas rasa gagal inilah yang klimaksnya mengakhiri hidupnya. Meskipun percobaan bunuh diri berkali-kali digagalkan, nyatanya karena keinginnannya untuk mengakhiri hidupnya sudah bulat, maka setan pun membisikinya untuk segera mengakhiri hidup. Dan diketahui beberapa hari kemudian, si Milan diketemukan menggantung di dalam rumahnya.Â
Satu sisi, sebagai manusia biasa, setiap orang lahir dalam keadaan sempurna dengan potensi yang dimiliki. Di sisi lain manusia juga memiliki potensi yang berbeda yang sejatinya akan saling membutuhkan satu sama lainnya.