Pernahkah anda membandingkan antara guru masa kini dan guru masa lampau? Atau sekedar ingin mengamati perkembangan peradaban pendidikan di era daun dengan internet saat ini?Â
Jawabannya adalah ketulusan berbagi. Meskipun tidak bisa juga men-judge bahwa guru lama lebih baik dan guru sekarang kurang baik. Karena dulu dan sekarang pun tergantung personalnya. Baik dan nggak adalah karakter.
Memang sih perubahan jaman dan fenomena yang melingkupinya akan selalu sama dengan yang kita alami sendiri, sebab karena minimnya pengetahuan kita akan kondisi masyarakatnya.
Sama dengan pemahaman kita bagaimana seorang pendidik yang menurut banyak orang dianggap sosok yang gak terlalu butuh sanjungan, penghargaan yang bersifat klise atau pangkat yang hanya sebagai penghiasi pundaknya.
Ternyata pendapat itu bisa sejalan dengan apa yang kita alami sendiri. Seseorang yang seharusnya selalu memberikan secercah cahaya kegelapan bagi orang-orang di sekitarnya ternyata banyak yang eman-eman dan menilai segalanya hanya dengan materi. Uang masih menjadi tolak ukur penghargaan atas prestasinya.
Kenapa orang berkompeten harus dermawan ilmu dan gak melulu mengejar materi? Kenapa pula keterampilan dan kemampuannya seolah-seolah barang antik dan mahal yang harus disembunyikan dan dinikmati sendiri meskipun seharusnya semua pengetahuan semestinya dibagi secara free? Bukan justru menumpuk-numpul pengetahuan, menyimpannya dalam karya-karya penelitian, tapi kosong kebermanfaatannya.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kita urai saja satu persatu ya.
Kenapa orang kompeten harus dermawan ilmu?
Jawabannya semakin ilmu itu dibagi, maka ilmunya pun akan bertambah. Bukan justru semakin habis. Selayaknya pisau kalau diasah akan semakin tajam. Beda kalau disimpan, tentu akan berkarat.
Faktanya semakin tinggi ilmu seseorang tidak menjamin pula kebermanfaatannya. Banyak yang berilmu justru menyimpan ilmunya sendiri tanpa membagi pada siapapun.