Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanggapi Isu Politik Uang dalam Pilkada

1 Juli 2018   20:38 Diperbarui: 5 Juli 2018   18:06 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun aksi politik uang tersebut bisa berbentuk barang-barang perabot rumah tangga, tentu mencederai semangat demokrasi itu sendiri. Dan eksesnya tentu semangat untuk membersihkan sampah demokrasi tersebut seperti terganjal oleh kepentingan sesaat dari para calon yang tengah berkompetisi.

Dengan kata lain bisa dianggap sia-sia para penyelenggara pemilu dan para tokoh agama yang menganjurkan untuk tidak melakukan politik uang jika pada kenyataannya hanya dengan cara itulah yang dianggap paling jitu dan telak dalam memenangkan kontestasi politik. 

Politik kotor yang sedianya semestinya segera dijauhi oleh peserta pemilu ternyata sampai sejauh ini masih sulit untuk dielakkan. Publik selalu berharap bahwa demokrasi ini berjalan mulus tapi lagi-lagi ada banyak kepentingan dan keinginan mengapa politik uang itu tidak bisa dicerabut dari sistem politik kita.

Adanya temuan money politik yang juga sudah dilansir di media lokal,tentu menjadi preseden buruk, betapa kejahatan dalam dunia demokasi itu masih dianggap asik dan menyenangkan untuk selalu dijalankan. 

Meskipun bisa saja temuan itu salah satu bentuk politik hitam yang justru ingin menghancurkan nama baik lawan politiknya. Namun, jika mendengar pernyataan para pemilih di daerah ini yang tidak sadar menyebutkan bahwa mereka mendapatkan "angpau" politik itu memberikan pemahaman tersendiri, ternyata memang politik itu selalu saja kotor dan sulit untuk dientaskan dari bumi nusantara.

Masyarakat pun Rindu Politik Bersih

Publik tentu selalu berharap bahwa sistem demokrasi di negeri ini dijalankan dengan sebersih-bersihnya. Mereka beranggapan bahwa jika politik dijalankan dengan bersih, maka akan terpilih kepala daerah, anggota legislatif dan presiden yang benar-benar amanah. Mereka beranggapan bahwa semakin sedikit gerak partai politik dalam memainkan poltik uang maka biaya yang harus digelontorkan oleh para calon kontestan pun bisa ditekan.

Bayangkan saja, jika dalam sekali pertarungan politik calon harus menggelontorkan dana yang nilainya milyaran bahkan hingga ratusan milyar agar bisa menang,tentu sipaapun yang menang akan berusaha mencari penghasilan lain. 

Menurut para pengguna media sosial aksi mencari penghasilan lain ini disebut dengan "nggolek pulihan" atau ingin mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Selayaknya sebuah politik bisnis, permainan atau perjudian. Jika kalah maka harta pun raib, jika menang, maka bagaimana caranya bisa mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan.

Fakta yang sungguh rumit dan mencengangkan. Jika publik sendiri ingin pemerintahan yang bersih, para wakil rakyat yang bersih dan rakyat sendiri yang juga semestinya diajarkan makna kejujuran, ternyata harus mendapatkan pendidikan yang negative tentu menjadi preseden buruk. 

Sampai kapan ketidak jujuran dalam politik ini mesti dijalankan. Apakah selamanya, hingga tidak ada lagi pesan-pesan moral dan jargon anti politik uang hendak disuarakan.Atau memang semua orang mulia malas berpikir jujur, hingga memiliki pandangan "jika ingin menang ya harus curang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun