Untuk apa ya nyalon presiden? Atau untuk apa ya mencalonkan diri menjadi wakil rakyat? Beberapa pertanyaan yang saya yakin akan berenang di fikiran para calon kompetitor dalam panggung politik tersebut. Ada banyak tanya yang menggantung dalam benak mereka yang memfigurkan diri sebagai calon "terbaik" dalam kontestasi politik.
Tak hanya pada calon-calon yang akan atau menjelang berduel cantik namun pahit tersebut, karena ada banyak tanya yang muncul dalam benak calon pemilih mereka. Siapa yang nyalon? Apa latar belakangnya? Visi misinya apa? Track recordnya bagaimana? Bekas koruptor bukan? Atau pertanyaan sederhana "Apakah nasib saya akan berubah karena si Anu nanti terpilih?" Atau apakah nanti mereka akan ingat akan janji-janjinya?
Sederet pertanyaan yang mengambang dan belum jelas akan membumi atau justru menguap. Semua secara sepontan akan muncul seiring dengan dimulainya proses demokrasi dalam pemungutan suara.
Meskipun semua pertanyaan tersebut belum bisa terjawab, semenjak dimulainya sistem demokrasi di Indonesia, tetap saja proses pemilihan orang nomer wahid di negeri ini harus terus berjalan. Sedikit melupakan apa tujuan sang calon, apakah murni memenuhi amanah rakyat atau amanah kantong pribadi. Yang penting rakyat memilih dan terpilihnya pemimpin negeri yang paling baik meskipun di antara orang terburuk sekalipun.
Antara tanya dan jawab yang belum tertunaikan
Masyarakat pemilih tentu akan memilih seseorang berdasarkan sepak terjang sang calon.Â
Kedekatan mereka pada rakyat, termasuk bagi maayarakat religius tentu akan memilih yang rajin sholat atau rajin berjamaah di masjid.Â
Begitu pula yang berprinsip sosok tersebut rajin ke tempat ibadah lain sesuai dengan agama yang dianutnya. Meskipun semua itu belum mutlak mewakili karakter calon.Â
Namun paling tidak, faktor religiusitas menjadi faktor penentu terpilihnya sosok kontestan.
Akan tetapi, ternyata ada pula menilai sosok sang calon karena sama-sama memiliki hoby. Seperti menyukai makanan yamg sama, kendaraan yang sama dan atau karena latar belakang perguruan tinggi yang sama.
Semua itu menjadi poin penting seseorang memilih dan dipilih. Meskipun ada pula yang tidak pernah mengaitkan pada latar belakang seseorang, lantaran sama sekali tidak mengenalnya. Toh yang penting rakyat sudah disajikan data kertas yang sama sekali tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya.Â