Mulai dari rekrutmen pekerja, pengurusan administrasi dan pelatihan di pusat trainingnya juga sangat diawasi pemerintah. Tak ada toleransi bagi lembaga penyalur tenaga kerja yang tidak layak. Kebanyakan mereka yang tidak profesional akan dicabut izinnya.
Selain dari sisi perusahaan penyalur, ternyata para calon pekerja juga bukan asal comot. Mereka diseleksi secara ketat. Bagaimana data kependudukannya dan tentu status manusianya, sehat atau sebaliknya.profesional dalam bahasa dan skill kerja juga menjadi tuntutan yang tidak bisa diabaikan.
Jika pada tahap rekrutmem mereka lolos, maka perjalanan menjadi TKI kemungkinan besar akan mulus sampai habis kontrak.
Mereka insyaAllah akan bisa bekerja dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik pula. Meakipun proses ketika bekerja juga memicu keberhasilan para penyumbang devisa negara ini. Apakah mereka disiplin, "bener" dalam bergaul dan yang pasti apakah mereka gemi atau justru boros. Segala pernak-pernik kemudahan di sana menjadi ujian bagi pekerja yang ingin sukses.
Beruntung sekali yang mereka terampil dalam bahasa dan skill, pertemanan yang baik dan juga kondisi tuan rumah yang juga ramah. Ramah dalam arti memperkerjakan pekerjanya dengan penghargaan yang tinggi.
Tak sedikit mereka yang suksea bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi dan memperbaiki kondisi ekonomi, tapi tak sedikit pula yang berakhir tragis. Pulang tanpa hasil malah justru nambah momongan yang tidak tahu siapa ayahnya. Bahkan ada yang lebih kasihan lagi pulang sudah tak bernyawa. Miris.
Sisi gelap bekerja di luar negeri
Ada sisi terang dan ada sisi gelapnya. Sama seperti naturalnya kehidupan ini ada gelap dan terang. Ada hitam dan putih dan sudah pasti ada tangis dan tawanya. Itu adalah dua sisi yang selalu mengiringi kehidupan manusia.
Begitu pula sisi gelapnya para pemburu uang ini. Di antara mereka ada yang harus mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari tuan rumahnya. Khususnya pekerja informal.
Para majikan belum mengindahkan asas kebebasan dalam beragama. Seperti bagaimana mereka bisa menikmati makanan halal. Makanan halal adalah menu istimewa yang cukup sulit didapatkan. Dan itu sudah pasti, lantaran untuk pekerja yang bekerja di negara yang non muslim, untuk sekedar menikmati makanan halal adalah kesulitan tersendiri. Bagaimana mereka harus membagi waktu dalam bekerja dan beribadah pun amat sulit dilakukan.
Belum lagi makanan yang disediakan kebanyakan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh seorang muslim. Akibatnya, para pekerja yang muslim harus terpaksa menikmati makanan yang tidak halal itu atau justru merogoh kocek yang lebih dalam agar bisa membeli makanan di luar yang halal.