Si Mimin misalnya, bekerja di Korsel ternyata bisa mendapatkan upah sampai dengan 30 juta, maka tidak butuh puluhan tahun untuk membangun rumah mewah di kampung, mobil mercy dan kekayaan lain yang bisa diperoleh.Â
Bahkan beberapa waktu lalu ada salah satu TKI yang diundang mengisi acara di OVJ di salah satu televisi swasta. Berangkat dengan boleh jadi penampilan biasa-biasa saja, lima tahun kemudian terlihat perlente.
Itulah daya tarik dari segi ekonomi. Mereka memilih berkarir di luar negeri dengan segenap profesionalisme seperti keterampilan bahasa, skill pekerjaan dan tentu saja siap untuk terpisah jarak.Â
Bekerja diluar negeri bukan lagi aib, karena justru adalah prestice bagi kehidupan mereka. Beda jauh jika bekerja di dalam negeri, untuk bisa membeli sepeda motor saja butuh kredit selama 3 tahun.
Faktor kedua mengapa nekat ke luar negeri adalah faktor keluarga yang hancur (broken home).
Di antara mereka yang alasan ekonomi ternyata ada pula yang karena rumah tangga yang hancur atau berantakan.Â
Pasangan yang mengalami kegagalan dalam berumah tangga ini memilih mencangkul rezeki di negeri orang karena ingin memperbaiki taraf hidup mereka. Kegagalan karena perselingkuhan dan atau kondisi ekonomi rumah tangga pula.Â
Seperti penuturan Denok (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa kepergiannya ke luar negeri karena suaminya telah berselingkuh. Dia nekat membalaskan sakit hatinya dengan mencari uang yang banyak. Setelah itu ia bercita-cita bisa melanjutkan kehidupannya yang lebih baik dengan pria lain.
Menjadi TKW memiliki segudang konsekuensi atau akibat yang diterima. Baik dari sisi terang maupun gelapnya.
Jika menjadi TKI ternyata sukses, tentu ini adalah titik terang ke luar negeri bagi para pemburu mata uang asing ini. Mereka yang sukses bisa ribuan orang, namun yang gagal juga tidak sedikit.
Mereka yang mendapat kemudahan ketika bekerja di luar negeri ternyata diawali oleh kebijakan pemerintah yang saat ini sangat memperhatikan nasib TKI/TKW ini.Â