Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kalau Memukul Dibolehkan, Mungkin Siswaku Tetap Menjadi Pencuri

13 Agustus 2016   19:23 Diperbarui: 25 Agustus 2016   05:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah diuji, menegakkan sebenar-benarnya mendidik yang bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan belaka. Namun lebih dari itu, membentuk kepribadian yang luhur adalah tujuan yang utama. 

Telah lengkap dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas, bahwa pendidikan hakekatnya mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi mandiri dan siap menghadapi setiap problematika kehidupan, dan tentu saja dilandasi oleh semangat ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilandasi dengan sebaik-baiknya budi pekerti.

Begitu pula dengan situasi di abad ini, dunia pendidikan pun semakin dituntut siap-siap menghadapi kemajuan jaman, mencakup ilmu pengetahuan dan teknologi, media komunikasi dan informasi yang semakin maju, maka sepantasnyalah semua yang terlibat dalam dunia pendidikan bersama-sama bergotong royong, bahu membahu dan saling memikul beratnya persoalan yang kini tengah menerpa dunia pendidikan kita. 

Mendukung bukan berarti memberikan sejumlah aturan yang memberatkan, atau memaksa orang tua untuk  memberikan sejumlah uang kepada lembaga pendidikan. Tapi lebih dari itu mendukung setiap jengkal langkah yang ditempuh oleh para pelaku pendidikan. Baik oleh pemerintah yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga pendidikan, guru, dosen, siswa, orang tua maupun lingkungan. Semua berperan aktif dan turut andil suksesnya pendidikan yang saat ini kita benahi bersama-sama.

Meski beragam cara dan metode dilakukan pemerintah, ternyata di tingkat bawah, para pengelola pendidikan lebih khusus guru hampir saja mendapatkan segudang masalah dalam bidang tugasnya. Tapi bagaimanapun juga masalah yang dihadapi tentu harus dihadapi dengan lapang dada dan kepala dingin. Dihadapi dengan selalu belajar dari kesalahan dan kekurangan agar kedepannya proses pendidikan di tingkat lembaga menjadi lebih baik dan menuju kesempurnaan. Suatu keadaan dimana semua elemen yang disebutkan di atas turut serta menjadi bagian suksesnya pendidikan. Semua menjalani proses pendidikan bagi generasi muda ini dengan semangat bahu membahu dan selalu berbenah hingga semakin sedikit cacat yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Namun demikian, ternyata proses pendidikan itu tidak seperti yang kita bayangkan. Pendidikan bukanlah semata-mata seperti membuat arca yang dibentuk sedemikian rupa hingga bentuknya sempurna, atau bentuk lain yang dianggap hal yang mudah. Karena yang kita bangun adalah manusia yang memiliki unsur akal budi dan perasaan atau hati. 

Sosok yang dilahirkan yang seperti kertas putih, yang semestinya diisi dengan coretan yang indah. Bukan sebaliknya diisi dengan coretan-coretan yang tidak bermakna apa-apa. Apalagi sampai diisi dengan coretan yang salah, maka yang terlahir adalah generasi yang salah. 

Sungguh sebuah kerugian, jika dalam pola pendidikan kita justru melahirkan generasi yang salah, bukannya soleh. Generasi yang semestinya menggantikan para sesepuhnya atau generasi tuanya, ternyata justru seperti menjadi bom waktu, gunung es atau bola api yang siap-sia meluncur dan merusak segala-galanya tanpa bisa dihentikan.

Bagaimana dengan kondisi pendidikan saat ini? Ketika di beberapa media ditayangkan seorang siswa tiba-tiba melakukan penganiayaan pada gurunya lantaran ditegur karena tidak mengerjakan tugas sekolah. Atau sosok guru yang tiba-tiba memukul atau mencubit siswanya lantaran tidak melakukan aktivitas yang sudah diatur oleh sekolah atau seorang kepala sekolah tiba-tiba memberhentikan guru honorer dengan alasan yang tidak masuk akal. Dan yang lebih memprihatinkan lagi ketika didapati beberapa anak sekolah yang merokok, menggunakan narkoba atau berbuat asusila dengan masih memakai seragam sekolahnya.

Sungguh dengan kenyataan ini siapa yang tidak miris melihatnya. Jangankan ini dilakukan oleh siswa sendiri, atau orang-orang disekitar kita, lantaran meskipun dilakukan oleh orang-orang yang tidak kita kenali pun membuat hati miris. Tapi, apakah dengan kondisi yang ada ini kita semua pantas melakukan kekerasan? Seperti misalnya karena seorang siswa mengadukan kepada orang tuanya tiba-tiba orang tua naik pitam dan memukul tanpa mengklarifikasi apa yang terjadi, atau seorang guru yang tiba-tiba memukul siswanya lantaran tidak menaati aturan sekolah. Apakah ini cermin pendidikan kita saat ini? Sepertinya tidak. Karena dalam relung hati kita yang paling dalam, semua menginginkan pendidikan anak-anak kita dilakukan dengan benar dan terarah. 

Tidak melemahkan, tidak menyakiti, tidak mem-bully dan tidak merendahkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena disinilah letak pendidikan yang sebenarnya. Mendidik dengan semangat cinta dan kasih sayang. Karena mereka adalah bagian dari kehidupan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun