Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial: Menulislah Selagi Sehat

18 Oktober 2017   18:54 Diperbarui: 18 Oktober 2017   19:18 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik bisa terjadi antar individu yang merasa terganggu dengan tulisan tersebut, jika masing-masing pihak bisa saling memaafkan dan mencari jalan damai sih tidak menjadi persoalan, tapi jika berhubungan dengan ranah hukum maka otomatis pertanggungan jawaban kita semakin berat saja.

Saya masih teringat betapa menggunakan media sosial pernah membawa seseorang pada masalah yang cukup pelik, yaitu Florence Sihombing yang tiba-tiba menjadi bulan-bulanan netizen karena statusnya di akun pribadinya. Dan masih banyak lagi korban-korban berjatuham karena menulis sekedar menumpahkan selera hati tanpa menimbang efek untung dan ruginya. 

Ketika menulis justru menjadi bencana, maka sebaiknya sudahilah berlelah-lelah menulis. Bersegeralah mengambil inisiatif untuk mencari aktivitas yang positif dan aman. Meskipun kadangkala status di sosial media memang membuat merinding jika efeknya negatif, tapi juga membuat tersenyum jika menghasilkan pundi-pundi uang atau penghargaan.

Terlepas dari positif dan negatifnya menulis, ada beberapa hal yang membuat saya hoby menulis.

Bagi saya dan boleh jadi bagi para penulis lain menggunakan moment tertentu untuk menyalurkan uneg-unegnya dalam sebuah tulisan. Bisa berupa ungkapan perasaan yang tengah berkecamuk yang ternyata justru melahirkan energi untuk menulis sebuah puisi. Hati yang dirundung duka, kerinduan atau suka cita dan bahagia tercurah sudah dalam sebuah puisi. Meskipun boleh jadi puisi itu kurang baik, ternyata bisa menghibur diri. 

Atau bisa jadi ketika ingin mengungkapkan sesuatu pada sosok yang dirindukan, maka puisi adalah mediumnya.

Apapun bentuknya itulah hasil karya kita, dan kitalah yang akan menikmatinya terlebih dahulu.

Menulis bagi saya juga bisa sebuah catatan atau dokumentasi atas perjalanan selama menjalani hidup dan kehidupan.

Seseorang boleh saja merasa cukup menikmati suatu perjalanan dalam relung sanubari dan ingatannya tanpa harus menuliskannya. Karena boleh jadi, ada sebuah rahasia atau aib yang orang lain tak diperkenankan mengetahuinya. Segalanya serba secret  /privacy. Maka dengan menuangkan dalam tulisan, ada kekhawatiran halayak umum mengetahui dengan persis siapa sih penulis sebenarnya. 

Apakah ini pertanda eksklusifitas? Boleh jadi, tapi belum pasti. Karena berkaitan maksud dan tujuan yang terselip di dalam hati masing-masing.

Tapi, bagi saya, meskipun kadang merangkai kata begitu tidak mudah dilakukan, tapi proses untuk menciptakan sebuah paragraf adalah kebanggaan. Semua adalah proses belajar dan proses menghibur diri. Apapun bentuknya penilaian, akan dipikirkan kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun